Liputan6.com, Jakarta - Pengamat menilai program penggantian beras miskin (raskin) dengan uang elektronik (e-money) akan menambah jumlah pengangguran di Tanah Air. Tak Tanggung-tanggung, potensinya bisa mencapai. 750 ribu orang akibat kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria dalam Diskusi Core Tantangan Penciptaan Lapangan Kerja di Era Kabinet Kerja di Warung Bejo, Jakarta, Selasa (3/3/2015).
"Raskin mau diganti e-money, ada 700 ribu sampai 750 ribu orang akan kehilangan pekerjaan karena terhentinya mata rantai penyaluran raskin," ujar dia.
Perhitungannya, kata Arif, merujuk pada data basis Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditargetkan 15,5 juta orang. Sementara titik penyaluran distribusi raskin mencapai 58 ribu titik di seluruh Indonesia.
"Total pekerja di 58 ribu titik ini sekira lebih dari 300 ribu orang, sedangkan Bulog mempekerjakan sekira 400 ribu lebih orang di 1.570 gudang Bulog yang tersebar di seluruh Indonesia. Jadi bisa 700 ribu-750 ribu orang bakal kehilangan pekerjaan," tegas Arif.
Angka tersebut, menurutnya, belum menghitung jumlah pekerja di bagian pengangkutan, tenaga administrasi dan sebagainya, sehingga jika di total potensinya mencapai 1 juta tenaga kerja akan menjadi pengangguran akibat kebijakan penggantian raskin ke e-money.
"Jumlah 700 ribu lebih sama dengan hampir 10 persen dari angka pengangguran yang ada saat ini. Jadi sebenarnya jangan sampai gara-gara penataan distribusi beras raskin, berdampak luar biasa kepada penciptaan pengangguran, karena angkanya bisa mencapai 1 juta orang. Ini bahaya sekali," tegas Satria.
Dari data Core Indonesia, jumlah pengangguran terbuka di Tanah Air mencapai 7,30 juta orang pada Agustus 2014 atau 5,94 persen. Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia berada di tingkat tertinggi pada 2005 yang menembus 11,90 juta jiwa.
Raskin Ganti E-Money, Jumlah Pengangguran Bisa Bertambah
Dari data Core Indonesia, jumlah pengangguran terbuka di Tanah Air mencapai 7,30 juta orang pada Agustus 2014.
Diperbarui 03 Mar 2015, 14:40 WIBDiterbitkan 03 Mar 2015, 14:40 WIB
Pekerja melakukan aktifitas pengangkutan beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (24/2/2015). Harga beras sejak 9 Februari 2015 melonjak hingga 30 persen, hal ini disebabkan belum meratanya panen di daerah produsen. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Keren, Aneka Kerajinan Tangan Warga Binaan Rutan Maumere
Reaksi KH Quraish Shihab usai Real Madrid Dihajar Arsenal di UCL, Singgung Ancelotti
Hasil Liga Champions: Barcelona Lumat Borussia Dortmund 4 Gol, PSG Bungkam Aston Villa
Warga Depok Bingung Muncul Opsen Pajak di Lembar STNK Usai Pemutihan, Ini Penjelasannya
350 Kata Semangat Pagi yang Menginspirasi untuk Memulai Hari
Sungai Tamborasi, Keajaiban Alam 20 Meter yang Mengalir ke Teluk Sulawesi
Cara Membuat Chia Pudding Timun Kelapa, Menu Sarapan untuk Bantu Menurunkan Berat Badan
Profil Ryan Adriandhy, Komika yang Kini Sukses Debut sebagai Sutradara Film Jumbo
Mengenal Fosil Duonychus, Nenek Moyang Kukang
Tradisi Minum Air Bekas Cuci Kaki Ibu, Apakah Dibenarkan dalam Islam? Buya Yahya dan UAS Menjawab
Sakit Hati Bikin Pemuda Kalap dan Bunuh Bapak Kandungnya
Respons KPK soal Wacana Memiskinkan Keluarga Koruptor