Liputan6.com, New York - Mata uang negara-negara berkembang seperti lira Turki dan real Brasil mungkin tak selalu menjadi pilihan investor. Namun Chief Foreign Exchange Strategist di Scoatiabank, Camila Sutton mengungkapkan, mata uang di negara-negara berkembang bisa menjadi pilihan karena mata uang tersebut bisa mengirimkan sinyal yang kuat mengenai kondisi dolar Amerika Serikat (AS) ke depan.
Sutton menjelaskan, sebagian besar dana-dana di Amerika berlari ke negara-negara berkembang. Dengan melihat apa yang terjadi dengan kondisi mata uang negara berkembang maka bisa dilihat juga bagaimana gerak dari dolar AS ke depan. Sutton melanjutkan, kondisi mata uang negara berkembang juga bisa digunakan untuk membaca pesan penting dari The Fed mengenai berbagai rencana kebijakannya.
Mengutip laman CNBC, Rabu (11/3/2015), dengan penguatan dolar AS yang luar biasa tahun ini, dan harga minyak yang kian melemah, mata uang negara berkembang terus merasakan sakitnya. Real Brasil bahkan telah melemah 16 persen terhadap dolar AS sepanjang satu tahun terakhir.
Lira melemah tak kalah parah, sekitar 13 persen terhadap dolar AS dalam kurun waktu yang sama. Sementara peso menyentuh level terendahnya terhadap dolar AS sepanjang sejarah.
Sutton mengatakan, pelemahan mata uang secara bersamaan ini bisa jadi merupakan sinyal bagi The Fed untuk menunda kenaikkan suku bunganya.
Kembali pada 2013, Gubernur The Fed saat itu Ben Bernanke mengumumkan rencananya untuk mencabut dana stimulusnya yang akhirnya membuat mata uang di negara berkembang bergerak melemah. Saat Bernanke menunda penghentian dana stimulusnya, banyak analis yang yakin itu lantaran pelemahan mata uang yang tajam di negara berkembang.
"Saat Anda melihat mata uang di negara-negara berkembang mulai melemah tajam, itu bisa jadi mendorong The Fed untuk lebih hati-hati dalam menjalankan kebijakannya," tutur Sutton.
Dengan kata lain, The Fed dapat melihat reaksi negara berkembang sebagai uji coba bagaimana dampak kenaikkan suku bunga nantinya. Jika terjadi reaksi lebih besar, The Fed bisa saja menunda kebijakannya menaikkan suku bunga.
Faktanya, The Fed sangat paham dengan persepsi yang membuat dolar menguat. (Sis/Gdn)
Ini Pentingnya Mata Uang Negara Berkembang Buat Investor Dunia
Pelemahan mata uang secara bersamaan ini bisa jadi merupakan sinyal bagi The Fed untuk menunda kenaikkan suku bunganya.
diperbarui 11 Mar 2015, 11:22 WIBDiterbitkan 11 Mar 2015, 11:22 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kemenhub: Kendaraan Barang Harus Dibatasi Biar Tak Hambat Perjalanan
Tingkatkan Layanan Jelang Angkutan Nataru, KAI Daop 9 Jember Ganti Sarana pada Tiga Kereta Api
Freeport Indonesia Siapkan Dana Investasi Sosial USD 100 juta per Tahun hingga 2041
Bakal Ada Contraflow dan One Way Jalan Tol saat Libur Natal dan Tahun Baru
BTN Salurkan 30 Ribu KPR hanya 2 Bulan
JK dan Agung Laksono Berseteru, Idrus Marham: Eks Ketum Golkar Tak Beri Contoh Baik
Tujuan Dibentuknya PPKI: Persiapan Menuju Kemerdekaan Indonesia
PLN Icon Plus sapa Pelanggan Setia di Candi Prambanan
Hasil BWF World Tour Finals 2024: Bangkit, Gregoria Mariska Tunjung Kalahkan Wakil Thailand
K-Wave Mendunia, Ini Rahasia Kesuksesan Korea Selatan yang Bisa Dipelajari Indonesia
16 Makanan Khas Palembang yang Menggugah Selera, dari Pempek hingga Kue Tradisional
Dirut PLN Darmawan Prasodjo Kembali Raih Gelar CEO Of The Year 2024