Ekonomi Melambat, OJK Enggan Pangkas Target Kredit

Pertumbuhan kredit di sektor korporasi mengalami ‎tren penurunan, terutama korporasi yang mengandalkan lini bisnis komoditas.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 08 Mei 2015, 21:16 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2015, 21:16 WIB
Ilustrasi OJK
Ilustrasi OJK (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih mempertahankan target pertumbuhan kredit sebesar 16 persen hingga 18 persen sepanjang 2015 ini meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Alasan OJK masih mempertahankan target tersebut karena industri perbankan optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi RI bakal membaik.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad menjelaskan, realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2015 yang tercatat di level 4,71 persen belum mencerminkan realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini. Oleh karena itu, OJK masih menunggu perkembangan hingga pertengahan tahun ini.

"Ya nanti kami liat. Inikan masih terus berjalan. Kalaupun ada koreksi pertumbuhan itu di pertengahan tahun, Juni kami lihat, jadi bulan depan," kata Muliaman di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (8/5/2015).

Ia menambahkan, dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut secara otomatis yang perlu menjadi tian OJK dan industri perbankan adalah kinerja dari kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Biasanya, saat perekonomian sebuah negara melambat, maka angka kredit bermasalah akan melonjak.

Hal tersebut terjadi karena perlambatan ekonomi akan membuat sektor riil sulit untuk mengembangkan penjualan sehingga pendapatan mereka pun akan menurun. Dampaknya, perusahaan-perusahaan akan sulit untuk mengembalikan pinjaman.

Saat ini, OJK sudah membicarakan beberapa masalah yang menghadang penyaluran kredit dengan beberapa perbankan. Namun ternyata industri perbankan masih cukup yakin bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2015 ini belum mencerminkan keseluruhan sehingga sebagian besar bank tidak mengubah rencana bisnis mereka.

OJK melihat bahwa tingkat pertumbuhan kredit di sektor korporasi mengalami ‎tren penurunan, terutama korporasi yang mengandalkan lini bisnis komoditas. Berbeda, kredit ke sektor kecil dan menengah termasuk juga mikro masih cukup tinggi.

‎"Kredit kecil kelihatannya masih tetap oke dan kami berharap jika ekonomi picking up di pertengahan tahun saya kira akan kembali normal semuanya," tegasnya. (Yas/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya