Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Sudirman Said menilai, keputusan pembubaran anak usaha Pertamina (Persero) yaitu Pertamina Energy Trading Limited (Petral) sama seperti penghapusan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sudirman menegaskan, butuh keberanian untuk menghapus Petral. "Subsidi BBM itu penyakit APBN yang puluhan tahun didiskusikan tapi tidak ada keberanian untuk menyelesaikannya, memang pahit, sakit tapi memang harus dilakukan, tapi beliau bilang saya bukan presiden yang takut tidak populer," kata Sudirman.
Ia pun menilai, langkah pembubaran Petral bukan hal luar biasa. Langkah tersebut harus dilakukan untuk memberantas mafia migas.
Baca Juga
"Saya ditanya kok berani? Kok tidak beraninya dari mana. Ini bukan sesuatu yang luar biasa, kalau mafia itu terorganisasi. Di mana tidak hanya regulasi, tapi politisi bayar keamanan, ini soal keberanian memberantas yang menyogok, menurut saya bukan hal luar biasa, modalnya penegaan, ini sesuatu yang sederhana," ujar Sudirman, di acara diskusi Energi Kita di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Minggu (17/5/2015).
Advertisement
Ia menceritakan, sebelum dirinya diangkat menjadi menteri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah menanyakan soal Petral. Sudirman mengatakan, masalah Petral selalu gagal di kantor presiden.
"Itulah sebabnya saat saya dipanggil Presiden sebelum jadi menteri, pertanyaan pertama, bagaimana soal Petral, saya jawab, dulu soal Petral, selesainya di sini (kantor presiden), presiden tidak setuju, jadi selesai di sini. Ini transaksi besar dan dikaitkan dengan politik," tutur Sudirman.
Ternyata langkah pembubaran Petral tak salah. Sudirman mengatakan, sejak Petral dibubarkan, Pertamina dapat hemat US$ 22 juta.
"Transaksi yang beredar tiap hari US$ 150 juta atau Rp 1,7 triliun per hari, kebutuhan impor minyak Pertamina, sejak dibubarkan efisien US$ 22 juta atau Rp 250 miliar," kata Sudirman.
PT Pertamina (Persero) akhirnya memutuskan melikuidasi secara bertahap anak usahanya PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) pada Rabu 13 Mei 2015.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan, keputusan ini diambil setelah perusahaan plat merah tersebut melakukan pembenahan dalam tubuh Pertamina sejak awal 2015.
"Hasil pengkajian keberadaan Petral dan grupnya. Setelah sejak Januari kami melakukan revitalisasi pada PT Pertamina integrated suplay chain (ISC) dan ada dampak positifnya," ujar Dwi. (Fik/Ahm)