Liputan6.com, Washington - Tanpa agenda tepat, mayoritas analis di pasar keuangan berspekulasi Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menaikkan suku bunganya tahun ini. Spekulasi yang muncul tampak bervariasi, antara Juni, September atau Desember, The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunganya.
Meski begitu, Chief Investment Officer (CIO) Doubleline Capital, Jeffrey Gundlach yakin, The Fed tak akan menaikkan suku bunganya tahun ini. Gundlach mengatakan, obligasi jangka panjang akan mendapatkan keuntungan dari pengetatan kebijakan The Fed mengingat harga saham terus naik saat suku bunga tetap rendah, dekat level nol.
Baca Juga
"Jika The Fed tidak menaikkan suku bunga, itu akan berdampak negatif bagi nilai obligasi jangka panjang. Dan kebijakan itu akan berdampak positif pada harga saham karena para pemain saham sangat menyukai kebijakan suku bunga rendah," papar Gundlach seperti dilansir dari CNBC, Kamis (4/6/2015).
Advertisement
Gundlach mengatakan, harga saham akan terus naik jika The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga rendah. Dalam kondisi pasar seperti itu, para investor telah beralih pada obligasi perusahaan demi mendapatkan yield tinggi.
Obligasi perusahaan dengan imbal hasil tinggi dalam jangka panjang terlihat telah memberikan pemasukan dalam jumlah besar. Tapi para investor yang bertaruh pada aset perusahaan tersebut tentu saja menghadapi risiko besar saat suku bunga naik.
"Akan sangat berbeda konteksnya bagi obligasi dengan yield rendah bagi siapapun yang benar-benar mengalaminya," katanya.
Gundlach mengatakan, para investor sebaiknya berhati-hati dengan obligasi jangka panjang karena nilainya tampak tak stabil ke depan. Meski dirinya mengatakan, saat The Fed mengambil keputusan menaikkan suku bunga tahun ini, jatuhnya yield obligasi tak akan berbahaya bagi ekonomi AS. (Sis/Ndw)