Investasi PLTN Jauh Lebih Mahal Dibanding PLTU

Untuk biaya operasional, PLTN dinilai jauh lebih murah jika dibanding dengan pembangkit listrik jenis lainnya.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Jun 2015, 21:20 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2015, 21:20 WIB
nuklir
Pembangkit listrik tenaga nuklir (energytoday.com)

Liputan6.com, Jakarta - Polemik mengenai penggunaan teknologi nuklir sebagai pembangkit listrik masih berlangsung hingga saat ini. Meski disebut lebih efisien, ternyata nilai investasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) jauh lebih mahan dibanding pembangkit listrik jenis lain.

Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Yurianto Budi Susilo mengatakan, nilai investasi PLTN mencapai dua kali lipat jika dibanding dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.

"Untuk investasi, sejujurnya PLTN lebih mahal dua hingga tiga kali lipat dari batu bara," ujarnya dalam diskusi Sudah Waktunya PLTN di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (7/6/2015).

Dengan nilai investasi yang besar, lanjut dia, memang tidak memungkinkan untuk membangun PLTN dengan menggunakan dana pemerintah. Setidaknya, peran pihak swasta akan lebih dominan dalam pembangunan proyek ini.

"Memang tidak mungkin pakai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tapi bisa pakai skema build operated transfer (BOT), seperti di Turki. Jadi Rusia bangun di sana, nanti setelah 15 tahun diambil alih oleh pemerintah Turki, itu pihak pengembang sudah untung. Atau pakai skema PPP (public privat partnership)," jelas dia.

Meski demikian, untuk biaya operasional, PLTN dinilai jauh lebih murah. Selain itu, bahan baku uranium juga bisa dipakai dalam jangka waktu yang lebih panjang.

"Tapi biaya operasionalnya lebih murah karena bahan bakarnya sangat kompak, katakan 20 ton bisa untuk 2 tahun. Harga listriknya juga lebih murah, kalau selama ini harga listrik lebih dari Rp 10 sen per KWH, dari PLTN hanya sekitar Rp 6 sen per KWH hingga Rp 8 sen per KWH," tandasnya.

Sebelumnya, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek dan Dikti), M Nasir mengatakan, Indonesia pada dasarnya sudah siap‎ membangun PLTN dari sisi komersial. Sayangnya, kata dia, masih ada ketakutan di kalangan masyarakat terhadap teknologi tersebut.

"‎Sebenarnya kita sudah siap dari sisi komersial, tapi masyarakat saja yang masih ada ketakutan.  Saya sudah mencoba mensosialisasikannya, karena sudah waktunya kita move on ke nuklir power plant. Kalau tidak, kita bisa ketinggalan," ucap dia.

Untuk lokasi ideal pembangunan reaktor nuklir, Nasir merekomendasikan di Bangka Belitung, Jepara Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan. Pendirian reaktor nuklir, Nasir mengatakan, membutuhkan investasi besar. Namun Nasir tidak menyebut secara spesifik nilai investasi tersebut. "Yang pasti investasinya besar," ujar Nasir. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya