Penuhi Kebutuhan Bawang, Kementan Petakan Wilayah Potensial

Dalam satu tahun produksi, daerah-daerah potensial penghasil bawang bisa memnproduksi kurang lebih 1,1 juta ton.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 16 Jun 2015, 12:14 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2015, 12:14 WIB
Bawang Merah
Bawang Merah

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) akan memetakan wilayah-wilayah di Tanah Air yang mempunyai potensi besar untuk menghasilkan bawang merah. Langkah tersebut untuk mendorong swasembada bawang sehingga Indonesia tidak perlu impor.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono mengatakan, Kementerian telah melakukan pertemuan internal mengenai masalah bawang di Indonesia. Dari hasil pertemuan tersebut ternyata ada beberapa daerah yang potensial untuk dikembangkan komoditas bawang merah di luar daerah yang telah ada.

Oleh sebab itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengarahkan untuk membuat peta-peta lokasi potensial. "Pak Menteri memberi arahan ke saya tahun depan bisa menata Supply management. Februari dan Maret memang agak kurang. Apalagi penanaman pada musim hujan, ini tantangan," ujarnya di Jakarta, Selasa (16/6/2015).

Untuk langkah tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura telah menggandeng bagian Penelitian dan Pengembangan untuk melakukan inventarisasi wilayah-wilayah potensial tersebut. "Sementara ini Bima Nusa Tenggara Barat, Tapin Kalimantan Selatan, Brebes Jawa Tengah, Kampar Riau, Enrekang Sulawesi Selatan. Saya sudah inventarisasi. Kami juga berpikir mengenai akses distribusi," ujarnya.

Spudnik mengakui, dalam satu tahun produksi, daerah-daerah tersebut bisa menghasilkan 1,1 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi nasional yang tercatat sekitar 950 ribu per tahun. Namun, dengan produksi tiap bulan yang tidak merata menjadi tantangan bagi Kementerian Pertanian.

"Surplus total aman, 1,1 juta ton setahun, 950 ribu ton per tahun kebutuhannya. Sama seperti beras surplus tapi bulanan distribusi ada surplus, daerah tertentu ada yang minus," ujarnya.

Selain itu, Direktorat Jenderal Hortikultura juga akan memaksimalkan produksi di wilayah ujung timur Indonesia. "Papua juga ada, jadi daerah jauh akan kami fasilitasi untuk pengembangan, ekstensifikasi benih, pupuk, untuk meredam kebutuhan di sana," tutup dia.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berencana untuk impor sejumlah bahan pokok seperti cabai dan bawang merah. Langkah itu dilakukan mengingat kebutuhan besar. "Dua (cabai dan bawang merah) yang masih. Tapi kami lihat, artinya pemerintah melakukan impor jika diperlukan," ujar Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel.

Rachmat mengatakan, bila memang stok tidak cukup padahal kebutuhan sangat besar maka impor menjadi alternatif terakhir. Ditambah harga kebutuhan pokok tersebut sudah tinggi. "Kalau lihat harga terakhir, harga yang ada sekarang sudah melebih harga referensi. Putusannya harus impor," kata Rachmat.

Impor itu juga kemungkinan dapat dilakukan segera mungkin untuk menjaga harga sebelum puasa dan Lebaran. "Bisa saja menjaga harga sebelum puasa dan Lebaran. Karena tidak sekaligus impor. Itu barang masuk seminggu. Belum tahu dari China," kata Rachmat. (Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya