Ekonomi RI Melambat, Belanja Iklan Tembus Rp 32,9 Triliun

Direktur Sigi Kacar Pariwara, Sapto Anggoro menilai, persaingan antar kelompok televisi semakin seru meski ekonomi Indonesia melambat.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Jul 2015, 01:33 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 01:33 WIB
Belanja Iklan Televisi
Perusahaan rokok masih jadi pembelanja iklan terbesar

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah situasi ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,71 persen pada kuartal I 2015, belanja iklan mencapai Rp 32,91 triliun pada semester I 2015. Angka itu diperoleh dari pendapatan kotor yang diterima 13 stasiun televisi nasional pada semester I 2015.

Angka belanja iklan televisi itu memberikan pertanyaan. Lantaran berdasarkan data PPPI, pendapatan tembus Rp 150 triliun pada 2014. Artinya minimal pendapatan tahun ini seharusnya setengahnya. Memang, angka Rp 33 triliun itu hanya di 13 televisi nasional, namun hal tersebut diyakini sudah lebih dari 80 persen pangsa pasar.

Kesimpulan tersebut setelah Adstensity, sebuah modul platform riset yang dikembangkan oleh PT Sigi Kaca Pariwara melakukan pembukaan data hingga penghujung 30 Juni 2015.

Dari 13 stasiun televisi nasional yang didata Adstensity, rcti tercatat sebagai stasiun televisi dengan pendapatan kotor tertinggi hingga mencapai Rp 4,76 triliun. Lalu sctv dengan pendapatan mencapai Rp 4,731 triliun. Sedangkan pendapatan terendah diperoleh TVRI dengan angka Rp 12,005 miliar.

Dari sisi sebaran pendapatan tidak ada salah satu stasiun televisi yang dominan. Meski rcti memperoleh pendapatan kotor tertinggi tetapi penguasaan pendapatannya hanya mencapai 15 persen.

Sedangkan sctv dan mnc tv masing-masing menguasai 14 persen dan 12 persen. Namun secara konglomerasi bisnis televisi, grup MNC menguasai pangsa pasar sampai 35 persen, grup Emtek menguasai 25 persen, sedangkan Trans Corp hanya mendapatkan 8 persen pangsa pasar.

"Persaingan antar kelompok televisi masih seru meski ekonomi melambat, tapi turunnya grup Trans mengejutkan dari sisi pendapatan. Di sini perlu bakat-bakat dalam mengendalikan industri kreatif," kata Sapto Anggoro, Direktur PT Sigi Kaca Pariwara, seperti dikutip dari keterangan yang diterbitkan, Kamis (2/7/2015).

Sinetron dan Dangdut

Dari sisi program acara yang diselenggarakan oleh stasiun televisi, data Adstensity menunjukkan kalau sepanjang semester I 2015 program acara yang mendulang iklan banyak cenderung monoton.

Program acara televisi yang menjadi mesin uang antara lain sinetron, audisi dangdut, film animasi, dan film lama bioskop yang kembali diputar di layar kaca. Hal itu berdasarkan data Adstensity.

Sedangkan kalau dilihat dari sektor industri, industri minuman mendominasi jumlah belanja iklan sepanjang semester I 2015. Contohnya nilai belanja iklan minuman bisa mencapai Rp 818,89 miliar hingga Rp 1,67 triliun.

Angka ini diperoleh karena varian produk industri minuman yang diiklankan di televisi mencapai lebih dari 100 merek. Disusul berikutnya industri personal care yang mencapai Rp 779,26 miliar hingga Rp 1,13 triliun. Industri makanan olahan juga masuk dalam tiga besar industri yang melakukan belanja iklan terbanyak di televisi.

Belanja dari sektor industri makanan olahan mencapai Rp 323,43 miliar hingga Rp 693,46 miliar. Industri lain yang selalu masuk daftar 10 besar belanja iklan terbesar sepanjang semester I antara lain industri farmasi, household, rokok, dan unrefined food. Sedangkan belanja iklan industri ritel, otomotif, dan telekomunikasi fluktuaktif sepanjang semester I 2015. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya