Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai sentimen eksternal menjadi faktor dominan yang menekan ekonomi Indonesia. Sentimen eksternal itu terus menjadi tantangan terbesar pada 2014 sehingga berlanjut pada tahun ini.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyampaikan hal itu dalam Seminar Nasional Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2014 'Meningkatkan Kedaulatan Energi' di Banjarmasin, Senin (29/6/2015).
Baca Juga
Dia memaparkan, ekonomi China melambat menjadi salah satu sentimen eksternal mempengaruhi ekonomi Indonesia. Mengingat China sebagai tujuan ekspor Indonesia.
Advertisement
"Ekonomi China memang melambat. Sebagai bandingan ekonomi China 2007-2010 tumbuh di atas 8 persen sampai 10 persen. Sekarang tumbuh 6,8 persen- 7 persen kemudian berdampak harga komoditas pertambangan dan kebun. Ekspor Indonesia ke China turun drastis termasuk batu bara, karet, sawit yang dihasilkan Kalimantan Selatan," ujar Mirza.
Faktor lain terkait dengan suku bunga Amerika Serikat (AS). Sinyal kenaikan suku bunga acuan membuat hampir semua mata uang melemah termasuk Indonesia.
"Hampir mata uang seluruh dunia termasuk Yen, Euro, Turki, Brazil mata uang negara Eropa lain misal Denmark juga semua melemah," tutur dia.
Dia bilang, fluktuasi nilai tukar rupiah membuat belanja perusahaan menjadi terhambat sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kuartal I kemarin pertumbuhan 4,7 persen. Di kuartal II kami perkirakan ada perbaikan yang tidak signifikan. Semoga semester II jika belanja turun lebih cepat. Mudah-mudahan estimasi pertumbuhan ekonomi Bank Indonesia 5 persen sampai 5,4 persen. Paling tidak 5 persen," tandas dia. (Amd/Ahm)