Dua Hal Ini Buat Industri Kapal RI Kalah dari China dan Korea

Indonesia harus menunggu selama enam bulan untuk pengadaan mesin kapal saja.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Jul 2015, 21:24 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2015, 21:24 WIB
Industri galangan kapal
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Dana dan komponen yang masih sulit didapat menjadi kendala untuk membuat kapal di Indonesia. Ketua Badan Sertifikasi Ikatan Perusahaan Kapal Nasional dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) Insan Wahidin mengatakan, Indonesia dan China memulai industri perkapalan hampir sama. Akan tetapi, industri perkapalan China jauh lebih pesat ketimbang Indonesia.

"Kebijakan sebelum tahun 80 baru bisa 1000 ton, mulai Pak Habibie mengambil alih PT PAL program kapal tangker 3.500 DWT , kemudian kedua 6.500 DWT. Kemudian dry cargo vehicle. Ketika china baru reformasi pada 1980 mereka masih di bawah 1 persen, dan sama dengan kita. Pada 1990, mereka 10 persen sekarang 40 persen," kata Insan, dalam sebuah diskusi di kantor BKPM, Jakarta, Senin (6/7/2015).

Menurut Insan, pembangunan industri perkapalan harus didukung oleh kemudahan memperoleh pendanaan, selain itu juga kemudahan mendapat komponen. "Itu semua dibackup pendanaannya komponennya," tutur Insan.

Ia mengungkapkan, di Indonesia harus menunggu selama enam bulan untuk pengadaan mesin kapal saja. Kondisi ini berbeda dengan di Korea Selatan, yang mana dalam waktu singkat bisa memperoleh mesin. Karena itu, pemerintah harus membangun industri komponen jika ingin mendorong industri perkapalan dalam negeri.

"Bagaimana membangun industri komponen, kalau bangun komponen,  banyak industri komponen pasti mau investasi, contoh pompa-pompa dibangun di Pulogadung. Crain, ini yang perlu dipertimbangkan," kata Insan. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya