Menteri Rini: Sinergi Diperlukan untuk Dukung BUMN yang Merugi

Untuk diketahui, sepanjang tahun 2014, masih ada setidaknya 21 perusahaan BUMN yang masih merugi yang sudah teraudit.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Jul 2015, 21:09 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2015, 21:09 WIB
Menteri BUMN Rapat Kerja Dengan Komisi VI DPR RI
Menteri BUMN, Rini Soemarno mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Jumat (24/4/2015). (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memiliki banyak tugas yang cukup berat. Salah satunya adalah membenahi perusahaan-perusahaan pelat merah yang masih merugi.

Rini menjelaskan, Kementerian BUMN saat ini sedang mendalami penyebab kerugian yang terjadi di BUMN tersebut. Menurut Rini, ada beberapa perusahaan yang merugi karena kurangnya sinergi diantara BUMN.

Ia mencontohkan dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Kerugian yang dialami oleh perusahaan baja tersebut pada tahun lalu mencapai Rp 2,5 triliun. "Ternyata setelah dilihat banyak pasar dari Krakatau Steel yang tidak mereka pegang," jelasnya kepada Liputan6.com seperti dikutip Jumat (17/7/2015).

Menurut Rini, sebenarnya banyak BUMN yang bisa menggunakan baja dari perusahaan tersebut namun selama ini sinergi antar perusahaan di BUMN tersebut tidak berjalan sehingga tidak bisa mendukung bisnis krakatau Steel. "Jasa Konstruksi kita banyak menggunakan baja namun tidak dari Krakatau Steel," tambahnya.

Oleh sebab itu, Rini mencoba untuk mempertemukan perusahaan-perusahaan tersebut agar bisa bersinergi dengan catatan Krakatau Steel bisa memberikan harga yang kompetitif.

Rini melanjutkan, dirinya tidak akan berbelas kasih dalam penataan perusahaan-perusahaan tersebut. Jika ia melihat ada perusahaan yang merugi karena memang manajemen yang di dalamnya tidak mempunyai performa yang bagus, Ia tidak segan-segan untuk menggantinya.

"Kalau memang ada masalah di manajemen ya kita rombak manajemennya," tegasnya.

Untuk diketahui, sepanjang tahun 2014, masih ada setidaknya 21 perusahaan BUMN yang masih merugi yang sudah teraudit.


Dari 21 perusahaan tersebut PT Garuda Indonesia (Persero) menjadi BUMN yang mengalami kerugian paling besar yaitu mencapai Rp 4,6 triliun.

Memang, pada tahun lalu industri penerbangan Indonesia memang sedang mengalami tekanan. Hal itu disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Selain Garuda Indonesia, PT Krakatau Steel (Persero) menempati urutan kedua sebagai perusahaan BUMN yang mengalami kerugian. KS tercatat rugi sebesar Rp 2,5 triliun.

Sedangkan di peringkat ketiga ada perusahaan maskapai BUMN yang saat ini sudah tidak beroperasi, yaitu PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) yang mengalami kerugian Rp 1,5 triliun.

berikut daftar 21 Perusahaan BUMN yang masih merugi di 2014 yang telah di audit:

1. PT Garuda Indonesia, Tbk: Rp 4,6 triliun
2. PT Krakatau Steel Tbk: Rp 2,5 triliun
3. PT Merpati Nusantara Airlines: Rp 1,5 triliun
4. PT Antam Tbk: Rp 775,2 miliar
5. Perum Bulog: Rp 458,9 miliar
6. PT Rajawali Nusantara Indonesia: Rp 281, miliar
7. PT INTI: Rp 265,8 miliar
8. PT Dok dan Kodja Bahari: Rp 175,9 miliar
9. PT ASEI-REI: Rp 128,1 miliar
10. PT Iglas: Rp 101,2 miliar
11. PT Barata Indonesia: Rp 96,5 miliar
12. PT Dok dan Perkapalan Surabaya: Rp 89,6 miliar
13. PT Industri Sandang Nusantara: Rp 67,9 miliar
14. PT Berdikari: Rp 47,9 miliar
15. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia: Rp 37,4 miliar
16. PT Survai Udara Penas: Rp 20,8 miliar
17. PT Indra Karya: Rp 9,2 miliar
18. PT Balai Pustaka: Rp 8,4 miliar
19. PT Primissima: Rp 6,5 miliar
20. PT PDIP Batam: Rp 4,8 miliar
21. Perum Produksi Film Negara: Rp 789 juta.

(Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya