Harga Tomat di Bengkulu Naik 500%

Harga tomat merah di sentra produksi tomat Bengkulu berada pada kisaran Rp 3.000 per kilogram (kg).

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 18 Agu 2015, 13:01 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2015, 13:01 WIB
20150723-Konsumsi 7 Jenis Makanan Ini Untuk Mencegah Kanker 7
Harga tomat merah di sentra produksi tomat Bengkulu berada pada kisaran Rp 3.000 per kilogram (kg).

Liputan6.com, Bengkulu - Di tengah anjloknya harga tomat secara nasional karena kelebihan pasokan, harga tomat di Bengkulu justru mengalami kenaikan yang cukup tinggi. DI daerah ini, harga tomat merah di tingkat petani justru naik menembus angka 500 persen.

Ketua kelompok tani Harapan Perempuan, Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Suhartini mengatakan, harga tomat merah di sentra produksi tomat saat ini berada pada kisaran Rp 3.000 per kilogram (kg). Harga tersebut jauh jika dibandingkan sebelum sebelumnya yang berada di level Rp 500 per kg.

"Kami baru saja melakukan panen tomat sebanyak 2 ton dan dibayar RP 3.000 rupiah per kg. Harga ini naik 500 persen dari panen sebulan lalu yang hanya dibayar sebesar Rp 500 per kg saja," ujar Hartini saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (18/8/2015).

Selain tomat, sejumlah sayuran lain yang dihasilkan daerah ini tidak mengalami kenaikan, harga kol ditingkat petani masih di angka Rp 2.000 per kg, sawi Rp 1.200 per kg dan wortel Rp 2.000 per kg.

Fatmawati, pedagang sayur di Pasar Panorama Kota Bengkulu mengatakan, harga jual yang mereka patok untuk tomat adalah Rp 8.000 per kg, sedangkan harga kol sebesar Rp 7.500 per kg, sawi Rp 6.500 per kg dan wortel sebesar Rp 7.500 per kilogram.

"Kami menjual dengan selisih harga 1.000 rupiah setiap kilogram dari harga bayar curah atau harga yang diberikan oleh pedagang pengumpul yang membawa sayuran dari sentra produksi petani di Rejang Lebong," ujar Fatmawati.

Harga tomat di Bengkulu ini jauh berbeda dengan di Jakarta dan beberapa daerah lain di Pulau Jawa. Terhitung usai Hari Raya Idul Fitri pada pertengahan bulan lalu hingga saat ini, harga tomat di pasar tradisional Jakarta mengalami penurunan kurang lebih Rp 5.000 per kilogram (kg).

Salah seorang pedagang sayur di Pasar Mampang, Jakarta Selatan, Ade menjelaskan, harga tomat terus mengalami penurunan dalam satu bulan terakhir. Usai Hari Raya Idul Fitri, harga tomat ada di kisaran Rp 8.000 per kg. Namun saat ini anjlok. "Sekarang sudah Rp 3.000 per kg, turun dari sebulan yang lalu" kata Ade kepada Liputan6.com, Minggu (16/8/2015).

Hal yang saja juga dialami oleh Tuti (53), pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta Selatan. Tuti saat ini menjual tomat dengan kualitas super di harga Rp 8.000 per kg. Pada pekan lalu, ia menjual tomat dengan harga Rp 10.000 per kg. "Kalo seminggu setelah puasa itu harganya masih mahal, masih di Rp 12.000 per kg," jelasnya.

Tuti mengambil tomat dari pasar Induk Kramat Jati, Jakart Timur. Setiap kilogramnya, ia tidak mengambil untuk terlalu besar yaitu maksimal Rp 500 per kg. "tergantung kualitasnya, kalau tidak cacat sama besar-besar itu mahal, kalo yang kecil ya dikit ngambil untungnya," ungkapnya.

Sebelumnya, para petani tomat di Garut, Jawa Barat, lebih memilih untuk membuang tomat hasil panen ke sungai. Hal tersebut dilakukan karena harga jual tomat di level petani anjlok.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang, Kamis (13/8/2015), Nanang Sutedja, Petani tomat Garut mengatakan harga jual tomat di tingkat petani saat ini di lisaran Rp 100 per kilogram (kg) hingga RP 200 per kg. Harga tersebut turun drastis jika dibandingkan dengan sebelumnya yang berada di angka Rp 3.000 per kg.

Ia mengaku rugi jika menjual tomat hasil panen dengan harga RP 200 per kg. Pasalnya, harga tersebut tidak bisa menutupi biaya angkut ke pasar.

Aksi membuang tomat bukan hari ini saja, melainkan telah dilakukan sejak beberapa hari yang lalu.

Murahnya harga tomat tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan petani untuk obat-obatan dan pupuk. Panen serempak yang tak diimbangi dengan meningkatnya permintaan membuat harga komoditi ini jatuh.

Petani berharap pemerintah bisa membantu kesulitan petani terkait murahnya harga. (Yuliardi Hardjo Putra/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya