Liputan6.com, Los Angeles - Bayi yang baru lahir tidak hanya datang dengan muka lucu, harum yang menyenangkan, dan benda-benda imut lainnya. Ada banyak biaya yang harus Anda tanggung sebagai orang tua.
Salah satu tantangan terberat bagi orang tua baru adalah bagaimana mengelola pengeluaran-pengeluaran baru untuk anak Anda. Kalau Anda berencana memiliki keluarga, jangan panik.
Berikut 6 cara mengelola keuangan sebelum memiliki anak dilansir dari Money, Minggu (23/8/2015):
1. Buat daftar pendapatan dan pengeluaran
Daftar semua aset, termasuk rekening bank, investasi, dan properti. Kemudian buat daftar pula kewajiban Anda, seperti utang kartu kredit, kredit mobil, rumah, dan lainnya. Dengan cara itu, Anda memiliki titik awal untuk membuat rencana keuangan baru.
2. Menyusun rencana soal pembayaran utang
Advertisement
Dengan adanya bayi, sangat penting melakukan langkah serius dalam membayar utang. Yang utama, hapus utang dengan bunga terbesar, biasanya kartu kredit. Memang akan menghabiskan banyak dana di awal, tapi tidak akan menjadi beban di kemudian hari.
Dana darurat
3. Buat dana darurat
Dana ini sangat penting di mana pun posisi Anda dalam hidup, bahkan lebih penting ketika menjadi orang tua. Jumlahnya, secara konvensional, sekitar dua hingga tiga bulan pengeluaran Anda. Hitunglah dan cari tahu bagaimana, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapat jumlah itu.
4. Buat anggaran untuk bayi
Anggaran bukanlah sesuatu yang tertulis di batu, tapi harus berubah seiring umur anda. Mulailah mencari angka berapa besar biaya memiliki bayi, dari mulai harga popok, baju, makan, pendidikan, sampai pengasuh.
5. Buat anggaran peralatan bayi
Seorang bayi memerlukan peralatan yang tidak berujung habisnya. Harganya pun mahal. Kereta dorong, kursi mobil, tas popok, kursi makan, botol susu, lemari pakaian, tempat tidur, hanya sebagian keperluan yang perlu Anda beli kalau memiliki bayi.
6. Tanya informasi ke bagian sumber daya manusia (SDM) kantor Anda
Jika Anda mempertimbangkan memiliki anak lebih dari satu dalam waktu berdekatan, bicarakan hal ini dengan bagian SDM kantor. Tanyakan soal cuti yang lebih panjang.
Lalu, tanyakan juga bagaimana posisi kerja Anda nantinya, siapa yang mengganti posisi Anda ketika cuti, bisakah bekerja paruh waktu, dan lainnya. (Elsa/Ndw)
Penulis: Elsa Analet
Advertisement