Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan Rabu (16/9/2015). Sentimen yang mendorong pelemahan rupiah adalah naiknya angka kemiskinan nasional di tengah lesunya perekonomian global. Selain itu, rupiah juga tertekan menjelang keputusan suku bunga AS.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,2 persen ke level 14.442 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 09.55 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.404 per dolar AS hingga 14.452 per dolar AS.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah tergerus 0,5 persen menjadi 14.442 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.371 per dolar AS.
Head of Research Archipelago Asset Management, A.G Pahlevi menjelaskan, pelemahan rupiah pada hari ini lebih karena sentimen dari dalam negeri yaitu naiknya angak kemiskinan. "Karena rilis data kemiskinan kemarin, pagi ini rupiah paling lemah, sedangkan yang lain menguat seperti yen Jepang, dolar Hong Kong, dolar Singapura." tuturnya.Â
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin periode Maret 2015 sebanyak 28,59 juta jiwa baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jika dibanding periode September 2014, angka penduduk miskin tersebut bertambah 860 ribu juwa. Pada Maret 2014 lalu, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,73 juta orang.
Pahlevi juga memaparkan bahwa meningkatnya angka kemiskinan, membuat masyarakat menahan niat untuk berbelanja sehingga mengurangi nilai transaksi. Dampaknya, peningkatan angka kemiskinan tersebut menjadi sentimen negatif bagi para pelaku pasar.
Di sisi lain, rencana kenaikan suku bunga AS oleh the Fed dan lesunya perekonomian global juga telah menekan rupiah. "The Fed menaikan suku bunga, untuk jangka pendek akan ada capital outflow, karena investor ingin risk yang lebih baik dari Indonesia" kata pahlevi.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengeluhkan kondisi perekonomian global yang sedang lesu. "Kondisi eksternal membuat ketidakpastian. Indonesia kurang beruntung karena ekspor bergantung pada sumber daya alam mentah," ujarnya.
Meskipun demikian BI sebagai otoritas moneter tetap optimistis dan akan berkoordinasi untuk mampu menghadapi berbagai tantangan berat di akhir tahun ini. Koordinasi ini terjalin bersama pemerintah.
"Saya meyakini pemerintah akan memberi perhatian dalam upaya menjaga daya saing, melakukan stabilisasi rupiah dan meningkatkan investasi serta ekspor," pungkas Agus. (Ilh/Gdn)Â
Angka kemiskinan Naik, Rupiah Tenggelam ke 14.452 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah melanjutkan tren pelemahannya pada perdagangan Rabu (16/9/2015) dikarenakan memburuknya data perekonomian.
diperbarui 16 Sep 2015, 12:40 WIBDiterbitkan 16 Sep 2015, 12:40 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Power Ink Flushing Adalah Apa? Manfaat, Cara Menggunakan, dan Tipsnya
Tiga Pelajar Terlibat Kecelakaan Maut di Lampung Timur
Tips Agar Bayi Tidak Begadang di Malam Hari, Pelajari Pola Tidurnya
Tangerang Selatan dan Bekasi Masuk Daftar Kota Paling Polusi di Dunia 2024, Ini Posisinya
KPU RI Klaim Pilkada Sampang 2024 Aman Usai Peristiwa Carok Massal
Sederet Biangkerok Penipuan Sektor Keuangan Makin Marak di RI
100+ Nama Bayi Perempuan Jawa Modern dan Tradisional yang Penuh Makna
Eros Djarot Sebut Perlu Ada Gerakan Perubahan Lewat Kebudayaan untuk Perbaiki Kerusakan Demokrasi
Apa Arti Behind: Penjelasan Lengkap dan Penggunaannya
Pilgub Sumut 2024 Jadi Perhatian Khusus PDIP, Yasonna Laoly Beberkan Alasannya
Mulai Tahun 2025, Guru Lolos PPPK Bisa Mengajar di Sekolah Swasta
Cegah 'Money Politics', Relawan Bobby Nasution-Surya Patroli ke Semua TPS