Dua Risiko Ini Bayangi Penguatan Rupiah

Deputi Senior Gubernur BI, Mirza Adityswara, mengatakan, sentimen utama nilai tukar rupiah masih dipengaruhi kebijakan The Fed.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Okt 2015, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2015, 10:00 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Seorang teller menunjukan mata uang dollar di konter penjualan mata uang di Jakarta, Rabu (23/9/2015). Pada perdagangan pagi hingga siang ini, rupiah terus bergerak di kisaran 14.577 per dolar AS hingga 14.658 per dolar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami apresiasi sejak awal Oktober lalu. Secara kumulatif sejak 1 Oktober 2015, rupiah sudah menguat lebih dari 6 persen dan kembali menembus level 13.000-an per dolar Amerika Serikat (AS).

Hanya saja pergerakan rupiah masih rentan terhadap dua masalah besar yang datang dari eksternal. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengatakan, masih ada dua risiko besar yang akan mempengaruhi nilai tukar mata uang di negara-negara berkembang. Pertama, kenaikan suku bunga The Federal Reserve dan kedua, pelemahan ekonomi China.

"Dua topik besar masih sama mempengaruhi kurs di negara berkembang. Pertama, data ekonomi AS akan berdampak pada kenaikan Fed Fund Rate. Kalau data ekonomi AS kuat maka ekspektasi penyesuaian Fed Fund Rate akan datang lebih awal lagi," ujar dia di Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Sementara penguatan rupiah di awal Oktober ini, kata Mirza, dipicu pelemahan data ekonomi AS sehingga spekulasi kenaikan tingkat bunga Bank Sentral AS bergeser dari prediksi di kuartal IV 2015 menjadi di kuartal II atau kuartal III 2016. "Jadi isu Fed Fund Rate masih dominan," tegasnya.

Topik kedua, kata dia, jika perekonomian China menunjukkan pelemahan maka akan mengganggu peluang ekspor negara lain, termasuk Indonesia ke negara Tirai Bambu itu sehingga berdampak pada kurs di negara berkembang.

"Jika sisi domestiknya kan membaik. Indonesia mencetak deflasi di September lalu dan dengan begitu, diperkirakan inflasi pada akhir tahun hanya 4,1 sampai 4,2 persen. Ditambah ekspektasi masyarakat terhadap penyerapan belanja pemerintah di kuartal III dan IV akan lebih besar serta mendorong pertumbuhan ekonomi," tukas Mirza.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.934 per dolar AS pada pukul 09.55 WIB. Rupiah dibuka menguat di level 14.180 per dolar AS dibandingkan penutupan pada hari kemarin di level 14.241 per dolar AS.(Fik/Ahm)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya