Menteri Susi Ingin RI Tak Lagi Ekspor Rumput Laut Mentah di 2020

Kementerian Kelautan dan Perikanan akan merevitalisasi mesin pengolahan rumput laut.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Okt 2015, 15:34 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2015, 15:34 WIB
20151006- Susi Pudjiastuti Preskon Kapal MV SS2-Jakarta
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menggelar konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/10/2015). Susi mengabarkan pengadilan negeri Sabang menolak putusan praperadilan yang diajukan pemilik kapal MV SS2. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menargetkan pada 2020 Indonesia tidak lagi mengimpor rumput laut dalam bentuk bahan baku ke negara lain. Susi ingin ekspor rumput laut sudah dalam produk olahan yang mempunyai nilai tinggi.

Susi menjelaskan, sesuai arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), ia diminta untuk memberikan perhatian pada budidaya rumput laut lokal, termasuk melakukan pengolahan di dalam negeri.

"Ini tindak lanjut dari arahan Presiden untuk fokus pada budidaya rumput laut yang bagus untuk diolah. Kami ketemu dengan asosiasi untuk meningkatkan kualitas sehingga tiap tahun impor (produk olahan) rumput laut berkurang," ujarnya di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Jumat (9/10/2015).

Dia mengatakan, agar Indonesia bisa mengurangi impor produk olahan rumput laut, maka rumput laut mentah lokal harus diolah di dalam negeri. Untuk itu, ia menargetkan tiap tahun ada penurunan ekspor rumput laut mentah ke negara lain.

"Kami tiap tahun punya target setidaknya 20 persen kurangi ekspor raw material rumput laut. Pada 2016 kita kurangi 10 persen, 2017 kurangi 25 persen lagi, 2018 kurang 30 persen, 2019 30 persen, 2020 kita larang sama sekali ekspor raw material rumput laut," kata dia.

Agar rumput laut tersebut bisa diolah di dalam negeri, lanjut Susi, diperlukan penambahan dan revitalisasi mesin, penambahan modal dan lain-lain. Hal ini akan ditindaklanjuti oleh pihaknya secepat mungkin.

"Ini perlu mesin, revitalisasi modal untuk mesin, kita bisa kerja sama dengan perbankan lewat MoU atau lain-lain. Dengan demikian, 4 tahun ke depan kita larang ekspor raw material. Kita set target kita. Kalau tidak, harga di petani tidak bisa meningkat karena ekspornya mentah. Daya saing jadi target utama. Kalau tidak ada insentif seperti ini, kita seumur-umur akan jadi pemasok raw material," jelasnya.

Susi mengungkapkan, banyak produk turunan yang bisa dihasilkan dari rumput laut, seperti kosmetik, tepung agar-agar, hingga karagenan. Melihat hal tersebut, maka nilai tambah yang bisa dihasilkan dari rumput laut sangat besar sehingga amat disayangkan jika tidak bisa diolah di dalam negeri.

"Keuntungan terbesar adalah menjadikan rumput laut itu untuk kosmetik," tandasnya. (Dny/Gdn)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya