Penurunan Target Asumsi Makro Pengaruhi Pendapatan Negara

Harga acuan minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) turun US$ 10 per barel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 03 Nov 2015, 19:45 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2015, 19:45 WIB
20151102-Tiga Agenda Yang Dibahas Pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana
Presiden Jokowi didampingi Wapres Jusuf Kalla beserta menteri melakukan Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta,(2/11/2015). Sidang membahas APBN 2016, Persiapan Pilkada, dan Paket Kebijakan Ekonomi VI. (Liputam6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan menyatakan target pendapatan dan juga belanja negara dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 lebih rendah jika dibanding dengan Rancangan APBN 2016. Penurunan tersebut terjadi karena asumsi makro dalam APBN 2016 juga lebih rendah dibanding dengan RAPBN 2016.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, asumsi makro yang mengalami penurunan antara lain pertumbuhan ekonomi dari 5,5 persen dalam RAPBN 2015 menjadi 5,3 persen dalam APBN 2016.

Selain itu, harga acuan minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) juga turun US$ 10 per barel dari US$ 60 per barel dalam RAPBN 2016 menjadi US$ 50 per barel ‎dalam APBN 2016.

"‎Beberapa hal penting perlu diperhatikan. Ada beberapa perbedaan antara APBN dengan nota keuangan yang diajukan pada 14 agutus 2015," kata Bambang, dalam konferensi pers APBN 2016, di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa (3/11/2015).

Menurut Bambang, dengan menurunnya asumsi makro tersebut, akan berpengaruh pada pendapatan negara yang juga mengalami penurunan dari Rp 1848,1 triliun menjadi Rp 1822,5 triliun dalam APBN 2016.

Kosekuensinya akan ada penurunan pendapatan dana belanja Rp 1822,5 triliun, lebih rendah Rp 25,6 triliun dibanding nota keuangan," paparnya.

Bambang menambahkan, selain pendapatan dampak penurunan ‎juga terjadi pada belanja negara, dalam RAPBN 2016 belanja negara diusulkan, Rp 2121,3 triliun turun Rp 25 trilun sehingga dalam APBN 2016 menjadi Rp 2095,7 triliun.

"Kalau defisit angka sama Rp 273,2 triliun atau 2,15 persen terhadap PDB kalau lihat angkanya sama," pungkasnya.

Berikut ini asumsi makro yang tertuang dalam APBN 2016:

1. Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen
2. Inflasi 4,7 persen
3. Tingkat bunga SPN rata-rata 5,5 persen
4. ICP US$ 50 per barel
5. Nilai tukar Rp 13.900 per dolar AS
6. Lifting minyak 830 ribu barel per hari
7. Lifting gas bumi 1.155 ribu barel setara minyak per hari
8. Pengangguran 5,2-5,5 persen
9. Angka Kemiskinan 9,0-10,0 persen
10.Gini rasio 0,39
11. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 70,1
12. Pendapatan negara dan hibah Rp 1.822,54 triliun
13. Penerimaan dalam negeri Rp 1.820,51 triliun
14. Penerimaan perpajakan Rp 1.546,66 triliun
15. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 273,85 triliun
16. Belanja negara Rp 2.095,72 triliun
17. Belanja pemerintah pusat Rp 1.325,55 triliun
18. Transfer ke daerah dan dana desa Rp 770,17 triliun
19. Defisit anggaran 2,15 persen dari Product Domestik Bruto (PDB) atau Rp 273,18 triliun.‎

(Pew/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya