Jokowi Bertemu Xi Jinping, RI Diguyur US$ 20 Miliar dari China

Presiden Jokowi di sela-sela KTT G-20 menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden China, Xi Jinping.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Nov 2015, 21:18 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2015, 21:18 WIB
20150813-Mata Uang Yuan-Jakarta
Petugas menghitung uang pecahan 100 Yuan, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Biang kerok keterpurukan kurs rupiah dan sejumlah mata uang negara lain adalah kebijakan China yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden China, Xi Jinping.

Hasil kesepakatan pertemuan dua pimpinan negara ini, adalah komitmen investasi dan tambahan US$ 5 miliar Bilateral Currency SWAP Agreement (BCSA) menjadi US$ 20 miliar.

Hal ini ditegaskan Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro saat teleconference dari Antalya, Turki, Selasa (17/11/2015). Menurutnya, fasilitas BCSA tersebut dapat digunakan untuk mendukung likuiditas di dalam negeri.  

"China sudah menawarkan dan kita sudah menerima kenaikan bilateral BCSA dari semula US$ 15 miliar menjadi US$ 20 miliar. Jadi ada tambahan US$ 5 miliar yang bisa digunakan seluruhnya untuk liquidity support," jelasnya.

Hasil kesepakatan lain, Bambang bilang, China komit meningkatkan investasi di sektor riil, selain penanaman modal yang ditempatkan ke portofolio saham maupun surat utang Indonesia. Komitmen ini menunjukkan dukungan China untuk membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"China akan lebih banyak investasi di Indonesia untuk infrastruktur dan manufaktur. Kebetulan Presiden China langsung menanggapi bahwa China akan memperbanyak investasi, terutama di sektor manufaktur," terangnya.

Untuk itu, Bambang mengaku, pemerintah berusaha memperbaiki iklim investasi di Indonesia mengingat sudah ada investasi besar yang direncanakan di dalam negeri.

"Contohnya mempercepat proses izin, pembebasan lahan dan dukungan investasi, sehingga tidak ada keraguan dari investor menanamkan modalnya di Indonesia," katanya. (Fik/Ndw)

 
 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya