Petani Keluhkan Penurunan Harga Rumput Laut

Petani menilai harga rumput laut tergantung pasaran tetapi angka Rp 10.000 sudah sesuai.

oleh Mevi Linawati diperbarui 26 Nov 2015, 18:05 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 18:05 WIB
20151029-2020, Menteri Susi Larang Ekspor Rumput Laut Mentah-Kaltim
Kelompok Tani Sumber Laut Berjaya binaan PT Pertamina menjemur hasil panen rumput laut di Kampung Manggar, Balikpapan, Kamis (29/10). Pada 2020, Menteri Susi Pudjiastuti melarang ekspor bahan baku mentah rumput laut. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Lombok Timur - Petani rumput laut di Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluhkan harga rumput laut turun dalam beberapa bulan terakhir.

Harga rumput laut jenis Euchema cottonii kering Rp 7.000 sedangkan Spinosum kering berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 6.000.

"Pernah tinggi sampai 24 ribu, itu dulu tapi sekarang Rp 7.000 itu untuk cottonii," ujar petani rumput laut asal Dusun Seriwe, Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur,  Sahirudin, Rabu (25/11/2015).

Dia mengatakan, harga tersebut belum bisa menutup biaya produksi yang terdiri dari mengikat bibit rumput laut, memasang di pantai, memanen, hingga menjemur. Sahirudin mengatakan, harga rumput laut tergantung pasaran, namun angka di atas Rp 10.000 adalah sesuai.

"Untuk harga pasang bibit saja 20 ris (panjang tempat memasang rumput laut) itu Rp 10.000, belum ongkos panen, belum tali rafiahnya, dan bersihkan tali bekas yang telah di panen" kata dia.

"Seharusnya dari bibit hingga panen 45 hari, namun karena ada ancaman penyakit, maka mending di panen saja kurang dari waktu itu," imbuh petani yang kini menanam jenis cottoni dengan sistem long line.

Petani lainnya dari Dusun Semerang, Desa Seriwe Iskandar Ismail juga mengeluhkah hal serupa. Harga rumput laut sekarang dinilainya terlalu rendah. "Kalau panen hanya sedikit, harga juga turun karena biaya pengiriman lebih besar," kata dia.

Iskandar menduga, turunnya harga ditentukan harga pasar di pabrikan dan pasar luar negeri. "Kami ingin pemda lebih memperhatikan pengolahan. Karena tanpa pengolahan rumput laut tidak bisa naik," kata Iskandar yang menggunakan sistem patok dalam menanam rumput laut cottoni dan spinosum.

Penyuluh pertanian Abdul Hakim menuturkan, penurunan harga rumput laut bisa dipengaruhi oleh faktor mutu. Para petani atau pembudidaya kurang memperhatikan kualitas sebelum dijual kepada pengepul.

"Ada para-para (tempat menjemur rumput laut) tapi tidak diisi, malah dijemur di pasir. Dan pengepul juga kasih harga yang sama untuk rumputlaut yang dijemur di para-para dengan yang dijemur di pasir," kata dia.

Abdul Hakim mengatakan, ada sistem penjemuran yang sebenarnya lebih menguntungkan petani. Yaitu, sistem gantung karena hasilnya, 10 kg rumput laut basah bisa menjadi 1 kh rumput laut kering.

"Kalau pemerintah mau masuk, masuk pada pangsa pasarnya. Kalau saja ada grade, mungkin bisa bisa ditekan. Itu yang kita minta ke pemerintah, di samping meningkatkan taraf hidup juga menyejahterakan petani," tandas Abdul Hakim. (Mevi L/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya