Jokowi Ibaratkan Persaingan MEA Seperti Perang

Jokowi mengibaratkan persaingan antar negara pada MEA sebagai medan pertempuran yang memerlukan amunisi banyak untuk bisa menang

oleh Luqman Rimadi diperbarui 27 Nov 2015, 08:20 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2015, 08:20 WIB
20151125- Jokowi Tinjau Proyek Kereta Api di Sulsel- Biro Pers Presiden
Presiden Jokowi berdialog dengan warga saat meninjau panel dan lokasi pembangunan rel kereta api Trans Sulawesi tahap pertama segmen I rute Makasar-Pare-pare di Desa Tanete Rilau, Sulawesi Selatan. (25/11/2015). (Foto:Biro Pers Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo meminta para pimpinan perusahaan lokal terkemuka, baik swasta maupun BUMN, untuk tidak takut dan siap menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan. Jokowi mengibaratkan persaingan antar negara pada MEA sebagai medan pertempuran yang memerlukan banyak amunisi untuk bisa menang.

"Persaingan ibarat peperangan, maka untuk memenangkannya harus disiapkan dulu amunisinya. Misalnya bagaimana mengukur kekuatan dan kelemahan dengan indikator ekonomi. Itu angka yang menurut saya masih baik dibanding negara lain. Inflasi kalau kita lihat tahun kemarin 8,2 persen, tahun ini perkiraan kita masih di antara 3,5-3,8 persen," ucap Jokowi saat menghadiri acara Forum CEO di JCC, Senayan, Jakarta, dikutip Kamis (27/11/2015).

Presiden mengatakan kesiapan menghadapi MEA dilihat dari pertumbuhan ekonomi hingga bulan November tahun ini. Inflasi di bawah 3,5 persen dan diprediksi hingga akhir tahun bisa di bawah 3 persen. "Artinya pengendalian inflasi berhasil. Dari 8,2 persen anjlok jadi kurang lebih 3 persen," katanya.

Pemerintah juga terus membangun infrastruktur, seperti jalan tol, kereta api, dan tol laut. Upaya lain yang perlu diwujudkan adalah konektivitas lintas pulau dan intrapulau, meskipun untuk mencapai hasil yang diinginkan memerlukan waktu yang tidak sebentar.

"Ini tidak bisa dirasakan dalam 1 atau 2 bulan. Upaya-upaya ini dilakukan agar dapat menekan biaya logistik menjadi murah, yang tentunya akan menekan harga barang menjadi lebih rendah. Kalau tidak, ya biaya yang ada akan seperti sekarang," ujar Presiden. ‎
‎
Presiden membandingkan biaya angkut sapi dengan menggunakan kapal yang dapat mengangkut 500 sapi dan dengan truk yang biayanya mengalami penurunan drastis setelah pemerintah menggenjot pembangunan di sektor maritim.

"Dulu biaya angkut sapi Rp 2 juta per sapi. Setelah ada kapal, biayanya menjadi Rp 300.000. Tentunya dengan adanya penurunan biaya angkut sapi, maka harga daging sapi pun akan mengalami penurunan," kata Jokowi.

Kesiapan menghadapi MEA juga harus dimulai dengan memulai langkah ekspor barang jadi. Jokowi meminta agar tidak ada lagi ekspor barang mentah. "Tidak bisa lagi mengekspor kakao mentah, CPO, aluminium, bauksit, sehingga kita harus memulai hilirisasi dan industrialisasi. Harus diberi nilai tambah di dalam negeri akan mendapat nilai yang berlipat-lipat," Jokowi menandaskan. (Luq/Zul)**

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya