Impor Beras Vietnam Belum Mampu Turunkan Harga

Data BPS menunjukkan, harga beras medium di tingkat penggilingan pada November 2015 naik 3,47 persen dari Rp 8.960,96 per Kg pada Oktober

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Des 2015, 17:30 WIB
Diterbitkan 01 Des 2015, 17:30 WIB
20151112-Beras Vietnam-Pelabuhan Tanjung Priok-Jakarta
Aktivitas penurunan beras impor dari sebuah kapal saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Sekitar 27 ribu ton beras tersebut didatangkan dari Vietnam untuk menjaga kestabilan persediaan beras nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Impor beras dari Vietnam sejak Oktober lalu tak mampu menurunkan harga jual beras di tingkat penggilingan maupun eceran. Komoditas pangan ini bahkan menyumbang inflasi November 2015 sebesar 0,02 persen dengan perubahan harga 0,55 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik, Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG) masing-masing sebesar Rp 5.070,45 per Kilogram (Kg) dan Rp 5.523,57 per Kg. Angka ini naik 3,38 persen dan 3,13 persen dibanding Oktober 2015.

Sedangkan harga rata-rata GKP dan GKG di tingkat penggilingan masing-masing sebesar Rp 5.151,45 setiap Kg dan Rp 5.628,51 per Kg. Jumlah tersebut naik 3,36 persen dan 3,15 persen dibanding bulan kesepuluh 2015.

"Harga Rp 5.070 per Kg ini tertinggi selama tahun ini," ujar Sasmito saat ditemui di kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/12/2015).

Ia mengatakan, dari laporan observasi GKP di tingkat petani paling rendah dihargai Rp 3.800 per Kg di Propinsi Riau dan tertinggi di Kalimantan Tengah sebesar Rp 8.200 per Kg. Tapi harga tersebut berada di atas Harga Pokok Pembelian (HPP) yang ditentukan pemerintah Rp 3.700 per Kg di tingkat petani dan tingkat penggilingan Rp 3.750 per Kg.

"Nampaknya ini yang membuat Bulog kesulitan memenuhi target di dalam melakukan pembelian atau penyerapan gabah dari petani," jelas Sasmito.

Data BPS menunjukkan, harga beras medium di tingkat penggilingan pada November 2015 naik 3,47 persen dari Rp 8.960,96 per Kg pada Oktober 2015 menjadi Rp 9.271,85 per Kg. Dengan demikian, perubahan rata-rata harga beras di periode November ini terhadap Oktober 2015, di tingkat petani naik 3,38 persen, beras di penggilingan 3,47 persen, di tingkat grosir beras naik 1,76 persen dan kenaikan 0,55 persen di tingkat eceran.

"Pedagang eceran dan grosir takut sekali menaikkan harga beras. Apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo 4 bulan lalu (memanggil para pedagang beras) ampuh," papar Sasmito.

Menurut Sasmito, langkah pemerintah mengimpor beras dari Vietnam belum berimbas terhadap penurunan harga jual beras di pasar. Hal ini terjadi karena Perum Bulog atau pemerintah masih menahan beras di gudang sebagai stok atau cadangan beras.

"Aneh juga sih, tapi petani punya daya tawar tinggi. Itu karena beras yang diimpor belum masuk ke pasar semua, jadi belum digunakan untuk intervensi pasar. Pemerintah merasa belum perlu intervensi, kalau naik tajam di tingkat eceran baru deh intervensi. Tapi intinya ini menyenangkan petani dan konsumen," jelas Sasmito. (Fik/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya