Liputan6.com, Jakarta Di tempat kerja, Anda pasti sering menemukan rekan yang senang membicarakan orang lain di belakang, mengkritik pakaian rekan lain atau menuntut orang lain bekerja lebih keras darinya. Sikap-sikap mengganggu ini ternyata bukan hanya mengesalkan tapi juga dapat membuat perusahaan menanggung rugi besar.
Melansir laman CNBC, ditulis Senin (7/12/2015), studi terbaru dari Harvard Business School menemukan bahwa tidak merekrut satu karyawan `nakal` yang senantiasa mengganggu dapat membuat perusahaan untung lebih dari US$ 12.500 atau Rp 165,6 juta (kurs: Rp 13.824/US$).
Baca Juga
Baca Juga
Sementara merekrut karyawan teladan hanya memberikan keuntungan sekitar US$ 5.300 bagi perusahaan.
Advertisement
Dalam penelitian yang melibatkan 60 ribu karyawan itu, karyawan nakal diindentifikasi sebagai sosok yang manipulatif sehingga membuat lingkungan kerja menjadi tak produktif. Sementara karyawan teladan dinilai berdasarkan produktivitasnya.
"Menghindari karyawan usil dan menyebalkan dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan," tulis para peneliti dalam laporan penelitiannya.
Para karyawan dengan perangai buruk dapat sangat merugikan perusahaan karena sikapnya membuat rekan kerja lain menjadi terganggu dan tidak produktif dalam bekerja. Bahkan banyak pegawai yang akhirnya memilih berhenti karena tak tahan dengan sikap negatif rekan kerjanya.
Hal ini membuat perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak dana, untuk perekrutan dan pelatihan. Karyawan berperangai buruk dapat membuat rekan kerja lain kehilangan fokus dalam bekerja dan berdampak negatif pada kinerja perusahaan.
"Dalam beberapa kasus yang terbilang ekstrim, beberapa pegawai menyebalkan bahkan memiliki jabatan tinggi dan dapat mengambil keputusan yang merugikan perusahaan," seperti tertulis dalam studi Harvard tersebut.
Lebih dari itu, memecat karyawan pengganggu tak selalu mudah. Pasalnya, para karyawan tipe ini dapat melakukan pencitraan dengan baik dan membuat sosoknya tampak lebih produktif dibanding karyawan lain, biasanya lebih secara kuantitas dan bukan kualitas.
Begitulah, jika di hadapan atasan, para karyawan tersebut dapat membuat dirinya tampak baik, tak akan ada yang melepasnya pergi dari perusahaan. (Sis/Zul)