Satgas Pemberantas Pencuri Ikan Datangkan Pesawat Patroli di 2016

Langkah tersebut untuk mendukung operasi dari Satgas 115 dalam pemberantasan pencuri ikan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 28 Des 2015, 14:47 WIB
Diterbitkan 28 Des 2015, 14:47 WIB
Detik-detik Peledakan 2 Kapal Asing Pencuri Ikan di Ambon
Kadispenum Puspen TNI Kolonel Infanteri Bernardus Robert menjelaskan, 2 kapal itu ditangkap di perairan Maluku pada 7 Desember 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara Ilegal (Satgas 115) menyatakan akan mendatangkan pesawat patroli maritim pada 2016. Langkah tersebut untuk mendukung operasi dari Satgas 115 dalam pemberantasan pencuri ikan.

Kepala Pelaksana Harian Satgas 115, Wakil Kepala Staf TNI AL Laksama Widodo mengatakan dengan pesawat patroli maka pemberantasan pencurian ikan jauh lebih efisien.

Kapal tak perlu langsung menuju ke laut untuk memastikan adanya pencurian ikan. Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan berapa pesawat yang bakal didatangkan pada tahun depan.

"Sementara karena sedang proses perhitungannya akan memanfaatkan pesawat patroli yang sudah ada TNI AU,  TNI AL maupun Kepolisian. Namun pengadaan sedang digodok di KKP. Mudah-mudahan setelah assessment berapa kebutuhannya pesawat itu," kata dia di Jakarta, Senin (28/12/2016).

Pihaknya menyatakan juga akan mendatangkan pesawat tanpa awak untuk mendukung kinerja Satgas 115. Lebih lanjut, dia menuturkan tahun 2016 akan fokus di tiga wilayah untuk menghadang pencurian ikan. Pasalnya, potensi ikan di tiga daerah tersebut sangat besar.

"Memang kemarin Satgas merencanakan fokus kegiatan 2016 pertama kita fokus Arafura. Kemudian utara Halmahera Pasifik dan Natuna karena selama ini sangat potensial pencurian ikan," katanya.

Dengan cara tersebut Widodo berharap dapat menekan angka pencurian ikan. Satgas sendiri juga memberikan sanksi tegas seperti penenggelaman kapal sebagai efek jera untuk memberantas pencurian ikan.

"Kerugian Ibu Susi sering sampaikan data BPK kemudian rilis beberapa kali total sampai saat ini Rp 300 triliun itu data yang ada," tandas dia. (Amd/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya