Liputan6.com, Jakarta Salah satu Dewa Gitar Indonesia, Tohpati dipercaya jadi Music Director Musikal Sinematik City of Love karya sutradara peraih 2 Piala Citra, Hanung Bramantyo. Ia berbagi cerita betapa serunya mengurus City of Love dalam beberapa bulan terakhir.
Musikal sinematik City of Love yang diproduksi Warisan Budaya Indonesia atau WBI Foundation bakal digelar di Jakarta International Convention Center (JICC), mulai tanggal 14 hingga 16 Februari 2025.
Baca Juga
Tohpati menyebut, konfigurasi pemain City of Love merefleksikan kolaborasi lintas generasi dari Niniek L. Karim, Widyawati, Lukman Sardi, Yanti Airlangga, Aming, Marcell Siahaan, Andien, hingga Devano Danendra dan Maisha Kanna.
Advertisement
Dalam wawancara eksklusif bersama Showbiz Liputan6.com, di Senayan, Jakarta, Rabu (5/2/2025), Tohpati mengenang City of Love beberapa kali tertunda. Hingga akhirnya, Ketua Umum WBI Foundation, Yanti Airlangga menghubunginya lagi, tahun lalu.
“Sebenarnya ini sudah lama, sempat tertunda 2 atau 3 tahun. Kalau tidak salah ini pernawaran ketiga dan akhirnya jadi. Perbedaannya, biasanya drama musikal menghadirkan lagu-lagu baru. Dibuat lagunya sesuai kebutuhan cerita atau lirik,” kata Tohpati.
Arahan Yanti Airlangga
Saat dipercaya menjadi Music Director, Tohpati berdiskusi dengan Yanti Airlangga terkait lagu-lagu seperti apa yang cocok untuk menggerakkan roda cerita musikal sinematik City of Love. Yanti Airlangga punya konsep pertunjukan musikal dengan lagu populer.
“Maka, lagu-lagu yang dipilih judul dan liriknya sesuai jalan cerita. Nuansanya lebih pop dan lite, enggak bikin penonton mikir banget. Paling, beliau minta lagu dan aransemennya easy listening dengan nuansa grande,” Tohpati berbagi cerita.
Ia menjelaskan, cerita City of Love menampilkan latar Indonesia di era setelah kemerdekaan, yakni dekade 1950 dan 1960-an. Nuansanya klasik namun lagu tetap kekinian. Para pencinta musik Tanah Air tentu tahu betul, Tohpati salah satu hitmaker.
Tohpati menulis lagu “Semusim” untuk album debut Marcell Siahaan, “Cinta Kita” untuk Reza Artamevia, hingga berkolaborasi dengan mendiang Glenn Fredly dalam lagu “Jejak Langkah Yang Kau Tinggal.”
Namun, tak ada satu lagu pun karya Tohpati yang muncul dalam musikal sinematik City of Love. “Tidak ada, ha ha ha! Dulu sudah pernah soalnya,” ia membocorkan. Pemilihan lagu bukan hak mutlak Tohpati.
Pemilik album Serampang Samba dan It's Time berdiskusi dengan Hanung Bramantyo dan Agus Noor selaku penulis naskah terkait pemilihan lagu. Tohpati juga tak memaksakan salah satu karyanya yang hit untuk muncul di City of Love.
Advertisement
Proyek Demokratis Bersama Hanung
Menjadi Music Director untuk rekaman lagu maupun pertunjukan musikal sejatinya bukan hal baru bagi Tohpati. Ditanya mana yang lebih menantang, Tohpati mengaku menjabat Music Director untuk pergelaran musik sangat menantang.
“Sama saja tapi lebih menantang yang sekarang jadi Music Director pertunjukan musikal karena jarang saya lakukan. Kalau produser musik rekaman sudah jadi pekerjaan sehari-hari. Sudah terukur. Kalau yang ini enggak,” aku Tohpati.
City of Love juga menandai kali pertama Tohpati berkolaborasi dengan Hanung Bramantyo. Ia sempat mencari tahu gaya kerja Hanung Bramantyo di lokasi syuting. Ternyata, sutradara Ayat-ayat Cinta dan Ipar Adalah Maut tak se-picky yang dibayangkan.
“Saya pikir, rumor di luar katanya, dia sangat picky pada pemilihan musik dan identik dengan revisi, ternyata hampir enggak ada (revisi) ha ha ha. Ada sih, tapi sedikit dan lancar-lancar saja bareng Mas Hanung,” ia mengenang.
“Ada revisi sekali. Dia bilang musik buatan saya dalam sebuah babak terlalu dark. Dia minta mencekamnya jangan dark,” Tohpati menyambung kemudian menyebut, lagu-lagu dalam City of Love merefleksikan beragam genre dari pop, rok, jaz, hingga klasik.
16 Lagu Dengan Tantangan Besar
Meski nyaris tanpa revisi, bukan berarti musikal sinematik City of Love minim tantangan. Yang paling berat bagi Tohpati, perubahan skrip dan dialog. Ini berdampak pada panjang pendeknya lagu yang mesti dibawakan.
“Berubahnya skrip. Kadang, saya sudah membuat ilsutrasi musik adegan dialog. Dialognya sudah saya perkirakan segini dan musik segini. Ternyata, dipotong dialognya. Aduh, gimana ya agar lagunya tetap enak didengar meski alurnya dipotong,” urainya.
Tohpati menjanjikan lagu-lagu yang tersaji dalam City of Love familier di telinga para pencinta seni. Bukan tidak mungkin mereka akan bersenandung kala sejumlah hit dibawakan para pemain di atas panggung.
“Total ada sekitar 16 lagu (yang dibawakan). Sebenarnya, lagunya bebas rilisan tahun berapa saja yang penting memperhatikan lirik sejalan dengan kepentingan naskah. Menghibur lagunya,” Tohpati membeberkan.
Tohpati optimistis kehadiran City of Love memberi warna baru dalam dunia pertunjukan seni di Indonesia. Ia menilai belakangan drama musikal di Indonesia makin bagus. Tema dan genrenya macam-macam. Musik yang disajikan pun beragam.
Bahkan, konsep dan visual drama musikal karya anak bangsa kini memanjakan mata. Tak sekadar mendekorasi panggung. Dengan apresiasi yang meningkat dari tahun ke tahun, City of Love diyakini akan mendapat atensi masyarakat.
“Belum ada di Indonesia, sinema digabungkan dengan drama musikal. Ini seperti nonton film dikawinkan dengan live action para pemain dan iringan musik. Ini produksi serius. Hanung mengolahnya seperti bikin film dengan ensambel pemain enggak main-main,” ulasnya.
Advertisement