Pembangunan Infrastruktur Dorong Kenaikan Impor

Peningkatan pembangunan infrastruktur dan investasi mendorong kenaikan impor di Indonesia pada Desember lalu sebesar 5,2 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Jan 2016, 15:58 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2016, 15:58 WIB
20151110-Ekspor-Impor-Jakarta-FF
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT, Tanjung Priok, Jakarta (10/11). Badan Pusat Statistik menyebutkan kinerja ekspor Indonesia pada kuartal III 2015 minus 0,69 persen dan impor minus 6,11 persen dibanding tahun lalu. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan pembangunan infrastruktur dan investasi mendorong kenaikan impor di Indonesia pada Desember lalu sebesar 5,2 persen atau US$ 12,1 miliar. Dengan kondisi tersebut, pemerintah mengaku tidak terlalu khawatir dengan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada tahun ini.

Menteri Perdagangan (Mendag), Thomas Lembong mengatakan, kenaikan impor pada akhir tahun lalu terjadi karena faktor musiman di mana pembangunan infrastruktur meningkat di kuartal IV. Impor paling banyak untuk komponen dan bahan baku.

"Saya tidak terlalu prihatin soal neraca perdagangan secara umum, karena menurut saya masih cukup menggembirakan," kata Lembong saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (18/1/2016).

Peningkatan impor bahan baku dan barang modal, dianggap Lembong wajar karena untuk kepentingan investasi. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan kegiatan penanaman modal sebagai indikator utama memacu pertumbuhan ekonomi. Konsekuensinya, tambah Lembong, tentu akan menggerus surplus neraca perdagangan.

"Kalau kekurangan investasi, orang tidak ada yang impor mesin, bahan baku. Itu tidak menggembirakan. Kita mungkin perlu antisipasi surplus berkurang begitu ekonomi menguat, tapi kalau menguat industri makin menggenjot impor. Itu alasan yang sehat, kita senang," terang Lembong.

Dari data Kementerian Perdagangan, kinerja impor non migas secara bulanan US$ 10,3 miliar atau naik 4,5 persen dan turun 6,5 persen secara tahunan. Sedangkan impor migas tercatat US$ 1,8 miliar atau naik 5,2 persen dan anjlok 47 persen secara tahunan.

Sepanjang tahun lalu, impor tercatat US$ 142,7 miliar atau merosot 19,9 persen dibanding periode 2014. Impor ini didominasi oleh bahan baku atau penolong (75 persen).

Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2015 defisit senilai US$ 235,8 juta. Sementara secara akumulatif Januari-Desember tahun lalu, berhasil mencetak surplus perdagangan US$ 7,51 miliar.

Kinerja ekspor pada periode akhir tahun lalu sebesar US$ 11,89 miliar atau naik 6,98 persen dibanding November 2015. Sedangkan kinerja impor tercatat US$ 12,12 miliar di periode Desember 2015 atau naik 5,23 persen dibanding bulan sebelumnya.

Dilihat secara akumulatif, ekspor Indonesia di periode sepanjang tahun lalu mencapai US$ 150,25 miliar atau turun 14,62 persen dibanding periode yang‎ sama 2014. Sementara nilai impor selama setahun lalu sebesar US$ 142,74 miliar atau anjlok 19,89 persen dibanding periode yang sama 2014. (Fik/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya