Liputan6.com, New York - Harga emas melonjak lebih dari 4 persen atau ke posisi tertinggi dalam satu tahun. Hal ini dipicu kekhawatiran tentang ketidakpastian kondisi keuangan, pelemahan dolar dan imbal hasil treasury yang kurang menarik.
Saat ini investor lebih memilih untuk mencari perlindungan pada logam mulia.
Para pedagang mengatakan kekhawatiran ketidakstabilan keuangan dipicu merosotnya saham perbankan Eropa ke posisi terendah dalam beberapa tahun, dengan memuncaknya kekhawatiran tentang pertumbuhan profitabilitas bank dan tingkat suku bunga yang rendah.
Harga emas tercatat melonjak ke posisi US$ 1.247,98 per ounce. Ini angka tertinggi sejak Februari 2015. Harga kemudian naik 4,1 persen menjadi US$ 1.246,6 per ounce atau mencatat kenaikan harian terbesar sejak September 2013.
"Pencari logam mulia bergerak kembali. Kami merekomendasikan klien untuk menambahkan emas dalam portofolio mereka sebagai asuransi, jika kondisi benar-benar berubah buruk," kata Analis Julius Baer Carsten Menke.
Baca Juga
Baca Juga
Harga emas mulai turun sejak Mei 2013, ketika mantan Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke pertama kali menyebutkan akan mengurangi pembelian obligasi bulanan. Ini membuat pasar mulai berpikir tentang kenaikan tarif suku bunga yang lebih tinggi.
Tapi harapan tentang laju kenaikan suku bunga telah turun. Ini diperkuat pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen yang mengatakan pasar kredit dalam kondisi ketat, pasar keuangan stabil, dan ketidakpastian atas pertumbuhan ekonomi China telah menaikkan risiko bagi perekonomian AS.
Advertisement
Volatilitas harga emas melonjak ke posisi tertinggi dalam lebih dari satu tahun karena investor menempatkan taruhan bahwa harga akan memperpanjang relinya baru-baru.
"Investor kembali ke emas sebagai diversifier inti dan investasi safe haven," kata Kepala Penelitian ETF Securities James Butterfill dalam sebuah catatan.
Menurut dia, kondisi investasi dan lingkungan ekonomi kian menantang. "Kami berharap tren ini terus berlanjut," dia menambahkan.(Nrm/Igw)