Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia saat ini lebih terjaga jika dibandingkan dengan tahun lalu dalam periode waktu yang sama.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengungkapkan, terjaganya ULN tersebut tidak terlepas dari mulai mengertinya perusahaan kelas kakap di Indonesia akan keuntungan dari lindung nilai atau hedging . Dengan adanya pengertian tersebut, perusahaan kelas kakap saat ini sebagian besar sudah melakukan hedging kepada utang luar negeri mereka.
"Dari 200 perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk valuta asing, 70 persen hingga 85 persen sudah lakukanhedging," kataJuda di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (26/2/2016).
Baca Juga
Meski belum 100 persen, namun Juda menyambut baik usaha yang dilakukan perusahaan-perusahaan tersebut. Untuk itu, dalam kuartal pertama tahun ini, dirinya bakal lebih giat lagi dalam sosialisasi mengenai pentingnya lindung nilai utang luar negeri ke perusahaan-perusahaan yang memiliki utang besar.
Salah satu yang akan menjadi acuan, BI akan melihat kinerja dan laporan keuangan 2015 perusahaan-perusahaan yang belum melakukan hedging tersebut. "Nanti kami pantau di laporan triwulan IV (2015), iItu masuknya di bulan April. Kami lihat, kalau memang tidak bisa memenuhi, ada sanksinya," tegas Juda.
Bank Indonesia melaporkan, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal IV 2015 tercatat sebesar US$ 310,7 miliar. Angka ini naik 2,8 persen dibandingkan kuartal III 2015 sebesar US$ 302,3 miliar.
Dalam keterangan BI, seperti dikutip Minggu (21/2/2016), menyebutkan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, posisi total ULN meningkat US$ 17 miliar atau tumbuh 5,8 persen dari posisi akhir 2014 sebesar US$ 293,8 miliar.
Dengan perkembangan tersebut, rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal IV 2015 tercatat sebesar 36,1 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan 34,8 persen pada akhir kuartal III 2015 dan 33,0 persen pada akhir tahun 2014. (Yas/Gdn)