Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat ketimpangan antara orang kaya dan miskin atau gini ratio di Indonesia turun tipis 0,01 poin menjadi 0,40 pada September 2015 dari periode Maret 2015 sebesar 0,41. Sementara level gini ratio di September 2014 sebesar 0,41.
Kepala BPS Suryamin saat Konferensi Pers Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia menjelaskan, dalam perhitungan gini ratio, level ketimpangan kurang dari 0,30 termasuk rendah. Sedangkan level 0,30 sampai 0,50 masuk dalam kategori ketimpangan menengah. Sementara lebih dari 0,50 disebut kategori ketimpangan tinggi.
"Tingkat kesenjangan antara masyarakat berpenghasilan rendah dan tinggi di Indonesia 0,40 di periode September 2015 atau turun 0,01 poin dibanding Maret lalu yang sebesar 0,41. Itu artinya terjadi perbaikan pemerataan pendapatan," jelas Suryamin di kantor BPS, di Jakarta, Senin (18/4/2016).
Baca Juga
Lebih jauh diakui Suryamin, telah terjadi perubahan pengeluaran penduduk per kapita yang terbagi atas tiga kelompok, yakni golongan masyarakat berpenghasilan terendah, berpendapatan menengah, dan berpenghasilan tinggi.
Di periode September 2015 dibanding Maret 2015, penurunan gini ratio disebabkan karena pengeluaran 40 persen penduduk miskin mengalami peningkatan baik di kota maupun di desa secara prosentase dari 17,10 persen menjadi 17,45 persen.
Kenaikan juga terjadi di kelompok 40 persen penduduk berpengeluaran menengah dari 34,65 persen menjadi 34,70 persen, dan pengeluaran pada kelompok 20 persen penduduk kaya justru menurun dari 48,25 persen menjadi 47,84 persen.
"Pengeluaran orang kaya memang turun, sedangkan orang miskin naik sehingga gini ratio turun. Itu terjadi karena adanya peningkatan pendapatan golongan menengah ke bawah, sehingga konsumsi lebih banyak," terang Suryamin. (Fik/Gdn)