Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan jalan tol Semarang-Solo sepanjang 72,64 Kilometer (km) berdampak positif pada perekonomian daerah setempat, termasuk penyerapan tenaga kerja. Proyek yang menjadi bagian dari tol Trans Jawa ini akan menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 100 ribu orang.
Jalan tol ini dikelola oleh PT Trans Marga Jateng (TMJ) merupakan operator jalan tol Semarang-Solo. TMJ adalah perusahaan patungan antara PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan menguasai saham 73,91 persen, PT Astratel Nusantara 25 persen, dan kepemilikan saham PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (BUMD) sebesar 1,09 persen.
Direktur Teknik dan Operasi TMJ, Arie Irianto mengungkapkan, proyek jalan tol Semarang-Solo senilai Rp 7,30 triliun ini diharapkan mampu memperlancar jalur ekonomi di daerah-daerah yang dilalui.
Semarang, sambungnya, memiliki peran besar dalam mendorong kegiatan perekonomian di Provinsi Jawa Tengah sehingga keberadaan jalan tol merupakan kebutuhan untuk memecahkan masalah transportasi darat.
Baca Juga
"Jelas ada dampaknya buat ekonomi masyarakat di sekitar yang dilalui jalan tol Semarang-Solo. Karena ada bagian ruas dari jalan ini yang sudah beroperasi," ucap Arie saat berbincang dengan wartawan di Desa Delik, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang ditulis Rabu (27/4/2016).
Dari lima seksi jalan tol Semarang-Solo, sudah ada dua seksi yang beroperasi, yakni Seksi 1 dan Seksi 2. Seksi 1 meliputi ruas Semarang-Ungaran sepanjang 10,8 km yang telah beroperasi penuh pada 17 November 2011. Disusul Seksi 2 ruas Ungaran-Bawen sepanjang 12 km sudah dioperasikan 11 April 2014.
Sementara Seksi 3 Ruas Bawen-Salatiga sepanjang 17,5 km saat ini masih dikebut pengadaan lahan maupun konstruksinya. Seksi 4 ruas Salatiga-Boyolali sedang proses pembebasan lahan untuk kebutuhan panjang tol 24,4 km, dan Seksi 5 ruas Boyolali-Solo sepanjang 7,64 km masih proses pembebasan lahan.
Arie mengatakan, pembangunan proyek jalan tol Semarang-Solo akan menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 100 ribu orang. Belum lagi efek tidak langsungnya yang dapat mendorong kegiatan perekonomian.
"Kalau langsung tenaga kerja yang terserap sekitar 100 ribuan. Belum yang tidak langsungnya, seperti kehadiran warung-warung di sekitar jalan tol," jelasnya.
Dirinya mengaku, saat ini banyak warga di daerah sekitar jalan tol Semarang-solo yang beralih mata pencaharian dari petani menjadi buruh konstruksi. "Kayaknya akan ada perpindahan (petani ke buruh proyek). Tapi Jateng kan masih punya sawah," ucap Arie.
Dampak lainnya, Arie bilang, pembangunan jalan tol dapat mengerek harga tanah. Ia menuturkan, harga tanah saat ini di daerah yang naik hingga dua kali lipatnya. "Nilai tanah sekarang sudah naik, misal di daerah lembah tadinya Rp 50 ribu per meter, menjadi Rp 100 ribu setiap meternya," tandas Arie. (Fik/Gdn)