Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan meresmikan bandara Domine Eduard Osok (OSO), di Sorong, Papua Barat pada Sabtu (30/4/2016). Pengembangan bandara ini juga sejalan dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur.
Saat meresmikan bandara itu, Jonan menegaskan kalau pembangunan infrastruktur ini sebagai wujud nyata dari program Nawacita pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dengan pengembangan bandara Sorong dan Merauke semakin memberikan arti pemerataan pembangunan yang salah satu ciri dengan mempersempit disparitas harga antara wilayah barat dan timur.
Advertisement
Untuk memperkuat tujuan itu, pihaknya akan melaksanakan program angkutan udara perintis khusus kargo di beberapa wilayah Papua dan Papua Barat.
Baca Juga
"Untuk ke depannya pembangunan bandar udara dan pelabuhan di Papua akan diperbanyak," ujar Jonan seperti dikutip keterangan tertulis Sabtu pekan ini.
Sementara itu, wakil Gubernur Papua Barat Irene Manibuy mengapresiasi atas perhatian Presiden RI, Komisi V DPR RI dan Menteri Perhubungan RI terhadap pengembangan infrastruktur transportasi di Papua baik transportasi udara, laut, dan darat.
"Kebahagiaan masyarakat Papua Barat, khusus Sorong semakin besar dengan rencana pembangunan jaringan kereta api yang akan dimulai dari Kota Sorong" ungkap Irene.
Pengembangan bandara DEO dilakukan dimulai pada 2011 hingga awal tahun 2016 yang meliputi: pembangunan gedung terminal penumpang menjadi dua lantai.
Fasilitas modern lain yang ditambahkan yaitu: garbarata dan fixed bridge, baggage handling system, lift terminal, x-ray bagasi dan kabin multi view, walkthrough metal detector, dan penambahan fasilitas lainnya seperti: area konsesi, area kerbside dan pembaruan desain interior terminal.
Dalam kurun waktu tersebut, total anggaran APBN yang digunakan yaitu sekitar Rp 236 miliar. Anggaran yang digunakan itu dinilai sepadan dengan manfaat yang didapatkan bagi kota Sorong. Dengan bandara yang dibangun lebih modern dan megah, diharapkan pelayanan jasa transportasi udara di kota Sorong dan sekitarnya semakin meningkat.
Pengembangan Bandara Domine
Dengan begitu, bandara domine eduard osok Sorong sebagai pintu gerbang kota Sorong dapat menjadi pemacu Kawasan Timur Indonesia agar dapat terus berkembang maju.
Hal ini sesuai dengan program Nawacita yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan; dan meningkatkan kualitas hidup manusia, serta meningkatkan produktivitas rakyat.
Tampilan bandara DEO Sorong tak kalah dengan bandara lainnya di kota-kota besar di Indonesia. Pada bagian eksterior terminal penumpang, terlihat bentuk ornamen unik menyerupai buah pinang yang mencerminkan budaya daerah setempat.
Selain itu, bagian interiornya juga telah dipercantik dan dilengkapi fasilitas sehingga menambah kenyamanan penumpang. Dengan gedung terminal penumpang yang diperluas hingga 13.700 m2, bandara DEO dapat menampung 782 penumpang.
Sebagai bandara pengumpan, bandara DEO Sorong melayani penerbangan berjadwal domestik yang dioperasikan oleh beberapa maskapai diantaranya Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Ekspress.
Selain itu, bandara DEO juga melayani Penerbangan perintis yang dioperasikan maskapai Susi air ke beberapa wilayah sekitar seperti Ayawasi, Inawatan, Teminabuan, dan Waisai. Dengan panjang 2.060 meter dan lebar 45 meter, runway bandara ini dapat didarati pesawat sejenis Boeing seri 737.
Pergerakan pesawat di salah satu bandara tersibuk dan terbesar di semenanjung kepala burung Papua ini mengalami rata-rata pertumbuhan 3,3 persen tiap tahunnya. Tercatat ada 9.000 lebih pergerakan pesawat per tahun.
Dari sisi penumpang, rata-rata pertumbuhan penumpang per tahun mencapai 13,2 persen dimana pada 2014 ada sekitar 500 ribu lebih penumpang.
Untuk kargo, rata-rata pertumbuhan kargo per tahunnya cukup pesat sekitar 17,2 persen pada 2014 mencapai 3,06 juta barang per kilo kargo.
Pada peresmian bandara DEO ini sekaligus juga dilakukan peresmian Bandara Mopah Merauke secara simbolis.(Nrm/Ahm)
Advertisement