Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, masih banyak dana menganggur untuk pembangunan infrastruktur. Sebut saja, dana iuran BPJS Ketenagakerjaan, dana pensiun PT Taspen (Persero), iuran koperasi, dan lain sebagainya yang sebenarnya bisa untuk pembiayaan infrastruktur.
Bambang mengatakan, jika dana-dana tersebut dimanfaatkan dengan baik maka akan mengurangi pemakaian pembiayaan dari dana negara.
"Jadi saya sambut baik Koperasi Pegawai dan Pensiunan Bulog (Kopelindo) mau masuk ke infrastruktur, non APBN berkembang bisa memaksimalkan dana nganggur jangka panjang yang ada," kata dia dalam acara penandatangan kerja sama pembiayaan antara PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) dan PT Kopelindo Infrastruktur Indonesia, di Hotel Santika Premiere Jakarta, Jumat (3/6/2016).
Bambang mengatakan, dana iuran pensiun ataupun koperasi merupakan pembiayaan yang cocok untuk pembangunan infrastruktur. Lantaran dana-dana tersebut merupakan dana orientasi jangka panjang.
Baca Juga
"Sumber dana tersebut tenyata di Indonesia kalau mau rajin inventarisasi sebenarnya banyak, dan banyak ada di Kopelindo dan dana pensiun. Kita tahu di Kopelindo dan partisipasi anggotanya, dan dana pensiun berasal iurannya, dana yang orientasi jangka panjang," jelas dia.
Sementara, dia mengakui dana tersebut sebenarnya belum dikelola dengan maksimal. Ia menuturkan, masih banyak yang meletakkan dana-dana tersebut ke deposito. Imbasnya, ketika para anggota mencairkan dananya mereka menerima hasil yang tidak maksimal.
"Saya meyakini juga kebanyakan dana pensiun tersebut masih dikelola belum optimal, paling deposito. Begitu banyak taruh deposito memang ada returnnya tapi sekian persen. Tapi pensiun merasakan saya sudah itu sedemikian rajin pas pensiun gitu-gitu saja," ungkapnya.
Karena itu, dana-dana iuran tersebut dikelola dengan baik misal untuk pembangunan infrastruktur. Dengan begitu, dana yang dikelola akan tumbuh semakin besar dan para anggota akan menikmati imbal hasil yang besar pula.
"Koperasi ini ada untuk menyejahterakan anggotanya, kan tidak bisa mengandalkan iuran dan kemudian pasif hanya taruh bank. Harus kreativitas, ada keberanian untuk masuk investasi masuk return besar tetap koridor kehati-hatian," ujar dia. (Amd/Ahm)