Liputan6.com, New York - Harga minyak ditutup di atas US$ 50 per barel pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta), merupakan pertama kalinya sejak Juli tahun lalu. Harga minyak memang terus mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir karena adanya ekspektasi penurunan pasokan.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (8/6/2016), harga minyak mentah di Amerika Serikat (AS), untuk pengiriman Juli, ditutup naik 67 sen atau 1,3 persen ke angka US$ 50,36 per barel di New York Mercantile Exchange. Merupakan penutupan tertinggi sejak 21 Juli tahun lalu.
Sedangkan untuk Minyak Brent, yang merupakan patokan harga global, naik 89 sen atau 1,8 persen ke angka US$ 51,44 per barel di ICE Futures Europe. Merupakan level tertinggi sejak 9 Oktober.
Baca Juga
Dalam beberapa pekan terakhir harga minyak memang terus naik sejak berada di level terendah dalam 13 tahun terakhir di awal tahun ini. Salah satu pendorong kenaikan harga minyak adalah usaha dari para produsen minyak yang memangkas produksi dengan menutup operasional beberapa sumur pengeboran.
Selain itu, ada juga pengurangan produksi dari beberapa negara karena sebab yang tak terduga. Contohnya Nigeria yang telah mengurang produksi. Serangan ke fasilitas minyak dan gas di Nigeria telah menyebabkan penurunan produksi. Delta Niger Avengers, sebuah kelompok militan baru di Nigeria, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap pipa minyak dan gas di Nigeria.
Selain itu, kebakaran di Kanada juga membuat produksi minyak dari negara tersebut mengalami penurunan yang cukup tinggi. Kanada merupakan salah satu negara yang terkenal sebagai produsen minyak terbesar harus menutup beberapa fasilitas minyak untuk mengurangi risiko akibat kebakaran besar yang melanda negara tersebut. Dengan penutupan tersebut pasokan minyak mentah ke dunia berkurang.Â
Dalam risalahnya, The Energy Information Administration menuliskan bahwa produksi minyak mentah AS turun 250 ribu barel per hari pada Mei jika dibandingkan dengan April. Penurunan tersebut merupakan terbesar dalam satu bulan di tahun ini. Analis dan pelaku pasar mengharapkan dalam laporan selanjutnya stok minyak mentah domestik turun pada pekan lalu karena permintaan yang kuat dan penghematan dalam produksi baru.
Analis dan pedagang mengharapkan lembaga untuk melaporkan Rabu bahwa stok minyak mentah domestik dan produksi turun pekan lalu karena terus permintaan yang kuat dan penghematan dalam produksi baru membantu untuk mengecilkan kekenyangan minyak mentah.
"Faktor yang benar-benar fundamental telah membuat harga minyak menguat secara signifikan dalam enam sampai delapan minggu terakhir," kata Michael Tran, Analis komoditas RBC Capital Markets, pada konferensi pada Selasa di New York, AS.
Beberapa analis mengatakan, harga minyak bisa terus merangkak naik jika para investor yang telah bertaruh pada harga yang rendah menutup taruhan mereka dan memindahkan ke taruhan baru yaitu harga bisa menguat di atas US$ 50 per barel.