RI-Selandia Baru Sepakat Kembangkan Energi Terbarukan Panas Bumi

Saat ini potensi EBT di Indonesia mencapai sekitar 801.2 Giga Watt (GW). Namun pemanfaatan baru mencapai 1 persen.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 18 Jul 2016, 20:17 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2016, 20:17 WIB
Panas Bumi merupakan salah satu energi baru terbarukan.
Panas Bumi merupakan salah satu energi baru terbarukan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia dengan Selandia Baru meningkatkan kerjasama pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), khususnya energi panas bumi. Kerjasama ini tertuang dalam Nota Kesepahaman Bersama (NKB) di bidang Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).

Penandatangan NKB EBTKE dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dengan Menteri Perdagangan Selandia Baru Todd Mcclay, di hadapan Presiden Joko Widodo pada Senin (18/7/2016) ini.

Sudirman mengatakan,‎ penandatanganan ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antar pemerintah dan memfasilitasi sektor swasta dalam pengembangan energi baru terbarukan dan konservasi energi.

"Adanya kerja sama hari ini diharapkan dapat mendukung percepatan pengembangan EBTKE, khususnya panas bumi, termasuk dalam memenuhi target kelistrikan 35 ribu MW," kata dia  dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.

Saat ini potensi EBT di Indonesia mencapai sekitar 801.2 Giga Watt (GW). Namun pemanfaatan baru mencapai 8.66 GW, atau sekitar 1 persen dari total potensi yang ada. 

Sebagai negara yang telah menerapkan prinsip efisiensi energi dengan sumber listrik yang lebih dari 80 persen berasal dari sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi, hydropower, dan tenaga angin. Selandia Baru akan menjadi mitra strategis dalam percepatan pengembangan EBTKE di Indonesia, terutama panas bumi.

Adapun kerja sama yang disepakati hari ini mencakup, ‎pertukaran informasi dan pembelajaran dalam penerapan regulasi dan pengembangan EBTKE. Bantuan teknis dan peningkatan kapasitas untuk memfasilitasi peningkatan produksi EBT, terutama panas bumi, termasuk penyediaan bantuan berbasis komersial.

Kemudian st‎udi pasca sarjana dan pelatihan kejuruan jangka pendek dalam bidang EBTKE, termasuk melalui program beasiswa Selandia Baru dan ASEAN.

Penyelenggaraan simposium, konferensi, lokakarya, dan seminar; pelatihan bersama, termasuk pengembangan modul pelatihan, dan kegiatan penelitian dan pengembangan, termasuk pertukaran informasi ilmiah dan teknis.

Pelibatan sektor swasta Indonesia dan Selandia Baru dalam pengembangan EBTKE, terutama inisiatif yang mendukung percepatan pengembangan EBTKE di kedua negara.

Sebelumnya, Indonesia dan Selandia Baru telah menjalin kerja sama di sektor energi, khususnya panas bumi, yaitu kerja sama dengan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dalam memberikan asistensi teknis untuk peningkatan kapasitas, kerja sama antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan New Zealand Joint Geothermal Courses dalam mengembangkan 10 modul pelatihan, serta kerja sama dengan Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) dalam peningkatan kapasitas dan pertukaran tenaga ahli.(Pew/Nrm)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya