Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti mengaku nilai ekspor ikan Indonesia sebenarnya bisa lebih besar. Lantaran selama ini masih ada ekspor ikan secara tradisional yang tidak tercatat.
Susi mengatakan, berdasarkan pengakuan Bupati Tanjung Pandan sebagian besar ekspor ikan tidak tercatat karena dilakukan secara tradisional melalui pelabuhan tikus.
"Di Bangka Belitung, omzet Rp 1,2 triliun satu kabupaten saja, Tanjung Pandan, Bupatinya cerita omzet tempat pelelangan ikan (TPI) setahun segitu. 70 persen yang mahal-mahal dikirim," kata dia Kantor KKP, Jakarta, Jumat (26/8/2016).
Dia mengakui, pengawasan lalu lintas barang melalui pelabuhan tikus sulit dilakukan. "Kami belum ada karantina dan sebagainya di sana. Dan banyak pelabuhan tangkahan atau pelabuhan tikus. Dan itu berpuluh tahun, traditional trade," jelas dia.
Baca Juga
Susi ingin supaya pelabuhan tikus ini tak lagi digunakan untuk ekspor. Lantaran pelabuhan tikus berisiko atas adanya peredaran barang ilegal antara lain rokok, minuman keras dan narkoba.
"Kami juga ingin pelabuhan tangkahan tidak boleh lagi ekspor. Soalnya mereka berangkat tidak tercatat dan pulangnya bawa selundupan ball press (baju bekas), rokok, miras, narkoba banyak terjadi," ujar dia.
Berdasarkan data KKP, sampai Juni 2016 total ekspor ikan sebanyak 552,6 ribu ton atau naik sebanyak 7,34 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 514,8 ribu ton. Secara nominal, nilai ekspor ikan Indonesia sampai Juni 2016 US$ 2,09 miliar atau naik 4,28 persen dari periode sama tahun lalu US$ 2 miliar. (Amd/Ahm)
Advertisement