Rupiah Mampu Menguat Tipis ke 13.249 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan Selasa pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 30 Agu 2016, 11:51 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2016, 11:51 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan Selasa pekan ini.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat pada perdagangan Selasa pekan ini. Sebelumnya, rupiah tertekan cukup dalam karena pelaku pasar memperkirakan Bank Sentral AS atau The Fed bakal menaikkan suku bunga segera. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (30/8/2016), rupiah berada di angka 13.249 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang berada di angka 13.267 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.228 per dolar AS hingga 13.267 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.260 per dolar AS. Menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.275 per dolar AS.

Para pelaku pasar sedang menunggu data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang bakal keluar pada Jumat nanti. Jika data tersebut membaik maka kemungkinan Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan bakal meningkat.

"Kenaikan suku bunga akan mendorong kenaikan dolar AS. Sebelum itu pelaku pasar sedang menata portofolio dulu," jelas analis mata uang Mizuho Securities Co, Tokyo, Jepang, Masafumi Yamamoto.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah melemah bersama mayoritas kurs di Asia pada Senin sore. Pelemahan tajam terjadi pada IHSG juga sejalan dengan pasar di Asia.

Kejutan pasca pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen diperkirakan hanya sementara walaupun sentimen penguatan dolar AS bisa bertahan dalam jangka pendek dan memberikan sentimen negatif terhadap aset berdenominasi rupiah.

Risiko fiskal, termasuk pencapaian tax amnesty, masih menjadi halangan utama terhadap optimisme domestik. Namun tekanan pelemahan rupiah berpeluang bertahan walaupun dalam derajat yang lebih tipis. "Sedangkan penguatan rupiah bakal terjadi jika data ekonomi AS gagal mengonfirmasi pernyataan Yellen," jelas dia. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya