Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Tiongkok dalam rangka forum G-20 Summit akan berdampak besar pada investasi yang masuk ke Indonesia. Setidaknya kehadiran Jokowi akan dimanfaatkan untuk menarik lebih banyak investor asal Negeri Tirai Bambu.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani bahkan menyatakan, Tiongkok bakal menjadi investor asing terbesar di Indonesia dalam 10 tahun mendatang.
"Komitmen Presiden Jokowi memangkas jalur birokrasi dan pengurusan izin telah menumbuhkan harapan besar bagi kalangan pengusaha Tiongkok. Mereka sangat antusias untuk meningkatkan investasi di Indonesia,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (6/9/2016).
Baca Juga
Advertisement
Rosan mengungkapkan Jokowi secara langsung memberikan jaminan kepada pengusaha Tiongkok mengenai berbagai kemudahan investasi, seperti Layanan Izin Investasi 3 Jam, Layanan Jalur Hijau, Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK), dan regulasi investasi yang lebih terbuka melalui perbaikan Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk mempermudah arus masuk investasi Tiongkok ke dalam negeri.
“Memang masih ada kendala, terutama bahasa dan kemitraan. Tapi, saya yakin hal itu akan dapat teratasi. Satu hal yang harus dicermati adalah Indonesia kini menjadi salah satu negara tujuan investasi paling menarik bagi Tiongkok,” jelas dia.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi asing pada kuartal II 2016 menunjukkan Tiongkok kini berada pada urutan keempat setelah Singapura, Jepang, dan Hong Kong. Nilai investasi Tongkok mencapai US$ 549 juta yang tersebar di 499 proyek.
Sementara itu, Singapura berada di urutan teratas dengan investasi senilai US$ 2 miliar untuk 1.927 proyek, menyusul Jepang US$ 1,3 miliar, dan Hong Kong US$ 597 juta.
"Investasi Tiongkok naik sangat signifikan. Pencapaian Tiongkok melampaui Malaysia yang nilai investasinya US$ 393 juta dan Belanda US$ 346 juta,” dia menuturkan.
Di sisi lain, Rosan juga mengapresiasi konsistensi Presiden Jokowi untuk tetap menyinergikan kebijakan fiskal, moneter, dan reformasi struktural bagi perbaikan ekonomi nasional. Keterpaduan kebijakan fiskal dan moneter selain dapat mendorong pergerakan sektor riil, juga akan memacu pertumbuhan investasi, produksi, distribusi, dan konsumsi.
“Saya yakin, konsistensi pemerintah memperbaiki pertumbuhan ekonomi akan berdampak luas. Setiap kebijakan ekonomi harus mendorong pertumbuhan yang solid dan inklusif,” ungkap Rosan.
Dan sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kata Rosan, Indonesia dapat berperan aktif mendorong pertumbuhan ekonomi global. "Tekad pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih terbuka dan kompetitif harus didukung,” tandas dia. (Dny/Nrm)