Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengungkapkan ada beberapa risiko yang terjadi akibat percepatan penyerapan anggaran pemerintah terutama untuk proyek-proyek strategis nasional.
Salah satu risikonya yaitu pelebaran defisit anggaran pemerintah. Sri Mulyani memperkirakan defisit anggaran pemerintah akan mengalami pelebaran 0,2 persen pada 2016. Dengan demikian defisit anggaran akan ada di angka 2,55 persen.
"Kalau defisit akan bertambah itu karena tujuannya untuk menjaga momentum kegiatan pembangunan proyek prioritas supaya tidak terganggu," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/9/2016).
Pelebaran defisit itu, Sri Mulyani menuturkan lebih karena akan jebolnya anggaran cost recovery atau pengembalian biaya operasi proyek-proyek minyak dan gas di Indonesia.
Baca Juga
Ia menuturkan, hingga akhir Juli 2016 cost recovery yang sudah dikeluarkan pemerintah mencapai US$ 6,5 miliar. Padahal dalam APBN Perubahan anggaran untuk itu hanya US$ 8 miliar.
"Kemungkinan cost recovery akan melebih apa yang sudah dianggarkan dalam APBN-P, dengan begitu akan memberikan tambahan pengeluaran yang akan mengurangi penerimaan negara pajak yang berasal dari sumber daya alam," papar Sri Mulyani.
Meski ada pelebaran defisit anggaran ini, Sri Mulyani mengaku akan menjalankan penyerapan anggaran yang masih tersisa hingga akhir tahun secara hati-hati. Ini untuk mengurangi risiko-risiko anggaran lain yang kemungkinan bisa terjadi. (Yas/Ahm)
Advertisement