Sri Mulyani: Defisit Anggaran Bakal Melebar 0,2 Persen pada 2016

Menkeu Sri Mulyani menuturkan, defisit bertambah juga untuk menjaga momentum kegiatan pembangunan proyek prioritas.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Sep 2016, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2016, 18:30 WIB
Menkeu Sri Mulyani
Menkeu Sri Mulyani bersalaman dengan anggota Banggar DPR usai menggelar rapat kerja di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/8). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mengungkapkan ada beberapa risiko yang terjadi akibat percepatan penyerapan anggaran pemerintah terutama untuk proyek-proyek strategis nasional.

Salah satu risikonya yaitu pelebaran defisit anggaran pemerintah. Sri Mulyani memperkirakan defisit anggaran pemerintah akan mengalami pelebaran 0,2 persen pada 2016. Dengan demikian defisit anggaran akan ada di angka 2,55 persen.

"Kalau defisit akan bertambah itu karena tujuannya untuk menjaga momentum kegiatan pembangunan proyek prioritas supaya tidak terganggu," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (16/9/2016).

Pelebaran defisit itu, Sri Mulyani menuturkan lebih karena akan jebolnya anggaran cost recovery atau pengembalian biaya operasi proyek-proyek minyak dan gas di Indonesia.

Ia menuturkan, hingga akhir Juli 2016  cost recovery yang sudah dikeluarkan pemerintah mencapai US$ 6,5 miliar. Padahal dalam APBN Perubahan anggaran untuk itu hanya US$ 8 miliar.

‎"Kemungkinan cost recovery akan melebih apa yang sudah dianggarkan dalam APBN-P, dengan begitu akan memberikan tambahan pengeluaran yang akan mengurangi penerimaan negara pajak yang berasal dari sumber daya alam," papar Sri Mulyani.

Meski ada pelebaran defisit anggaran ini, Sri Mulyani mengaku akan menjalankan penyerapan anggaran yang masih tersisa hingga akhir tahun secara hati-hati. Ini untuk mengurangi risiko-risiko anggaran lain yang kemungkinan bisa terjadi. (Yas/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya