Rupiah Melemah Rp 100 per Dolar, Pembiayaan Negara Naik Rp 100 M

Nilai tukar rupiah diproyeksi masih fluktuatif sampai akhir tahun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Nov 2016, 17:04 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2016, 17:04 WIB

Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, setiap pelemahan kurs rupiah Rp 100 per dolar Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan pembiayaan sebesar Rp 100 miliar‎ di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. 

"Di 2017, sensitivitas setiap pelemahan rupiah ‎Rp 100 per dolar AS akan meningkatkan pembiayaan sebesar Rp 100 miliar, jadi tidak begitu besar," kata Direktur Strategis dan Portofolio Utang DJPPR, Schneider Siahaan di Jakarta, Kamis (24/11/2016). 
 
Dia mengaku, kenaikan pembiayaan akibat pelemahan rupiah tidak ‎terlalu signifikan meski utang jatuh tempo setiap tahun masih sangat besar.
 
Adapun utang jatuh tempo terutama dari pinjaman yang harus dilunasi rata-rata US$ 5 miliar-US$ 6 miliar ditambah dengan Surat Berharga Negara (SBN) valas.
 
"Strategi kita untuk menetralisir volatilitas valas dengan refinancing saja. Kalau ada utang jatuh tempo tahun depan sekitar US$ 10 miliar, kita race yang US$ 10 miliar supaya nett-nya. Ke depan kalau akan kurangi valas, kita siapkan strategi lewat hedging, kita terbitkan refinancing terhadap jatuh tempo," Schneider menerangkan.

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen PPR Robert Pakpahan menambahkan, sensitivitas pelemahan rupiah Rp 100 per dolar AS terhadap total bujet menyeluruh sekarang ini sudah positif sekitar di atas Rp 1 triliun.

"Pelemahan rupiah 100 per dolar AS, APBN kita untung Rp 2,2 triliun over all karena penerimaan minyak kita dalam dolar AS daripada yang seharusnya. Di utang sih memang beban, tapi di penerimaan migas biosolar untung segera di opset menjadi positif," dia menjelaskan.

"Waktu BBM disubsidi penuh, setiap pelemahan rupiah kayak gini menjadikan beban subsidi naik. Sekarang tidak ada lagi subsidi BBM, APBN netral. Hanya APBN terbebani dari utang kalau ada pelemahan, tapi di PNBP dia naik, netto positif," Robert berucap.

Adapun nilai tukar rupiah diproyeksi masih fluktuatif sampai akhir tahun. Lantaran pelaku pasar masih mencermati rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve terkait kenaikan suku bunga.

Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Reny Eka Putri mengatakan, saat ini pelaku pasar sedang menunggu kepastian terkait dengan kenaikan suku bunga tersebut. Beberapa poin yang dicermati pelaku pasar yakni mengenai tempo atau waktu kenaikan dan besaran kenaikan suku bunga.

"Jadi mungkin masih wait and see perilaku investor itu. Apabila kemudian ada pernyataan lanjutan Bank Sentral AS dapat menjadi antisipasi juga bagi pasar," kata dia.(Fik/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya