Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, setiap pelemahan kurs rupiah Rp 100 per dolar Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan pembiayaan sebesar Rp 100 miliar di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen PPR Robert Pakpahan menambahkan, sensitivitas pelemahan rupiah Rp 100 per dolar AS terhadap total bujet menyeluruh sekarang ini sudah positif sekitar di atas Rp 1 triliun.
"Pelemahan rupiah 100 per dolar AS, APBN kita untung Rp 2,2 triliun over all karena penerimaan minyak kita dalam dolar AS daripada yang seharusnya. Di utang sih memang beban, tapi di penerimaan migas biosolar untung segera di opset menjadi positif," dia menjelaskan.
"Waktu BBM disubsidi penuh, setiap pelemahan rupiah kayak gini menjadikan beban subsidi naik. Sekarang tidak ada lagi subsidi BBM, APBN netral. Hanya APBN terbebani dari utang kalau ada pelemahan, tapi di PNBP dia naik, netto positif," Robert berucap.
Baca Juga
Adapun nilai tukar rupiah diproyeksi masih fluktuatif sampai akhir tahun. Lantaran pelaku pasar masih mencermati rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve terkait kenaikan suku bunga.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Reny Eka Putri mengatakan, saat ini pelaku pasar sedang menunggu kepastian terkait dengan kenaikan suku bunga tersebut. Beberapa poin yang dicermati pelaku pasar yakni mengenai tempo atau waktu kenaikan dan besaran kenaikan suku bunga.
"Jadi mungkin masih wait and see perilaku investor itu. Apabila kemudian ada pernyataan lanjutan Bank Sentral AS dapat menjadi antisipasi juga bagi pasar," kata dia.(Fik/Nrm)
Advertisement