Liputan6.com, Jakarta Komoditas cabai di sejumlah daerah di Indonesia sedang mengalami lonjakan harga. Di Cianjur, saat ini harga cabai rawit mencapai Rp 140 ribu per kilogram (kg).
Pantauan di sejumlah pasar tradisional di Cianjur, Jumat (6/1/2017) pagi, rata-rata kenaikan untuk berbagai jenis cabai sekitar Rp 20 ribu-60 ribu per kg. Kenaikan paling tinggi terjadi pada cabai jenis rawit. Dari harga Rp 80 ribu per kg, saat ini cabai rawit sudah menembus Rp 140 ribu per kg.
Burhan (28), pedagang sayuran di Pasar Muka, Cianjur menuturkan, kenaikan komoditas sayuran terutama cabai rawit terus merangkak naik sejak akhir 2016.
Advertisement
"Dalam dua hari terakhir ini tembus Rp 140 ribu per kg," kata Burhan saat ditemui di lapaknya, tadi pagi.
Saat Natal dan Tahun Baru, harga jual cabai di pasar tradisional Cianjur bervariasi. Untuk cabai hijau Rp 30Â ribu, cabai merah Rp 55 ribu per kg, cabai tanjung Rp 60Â ribu per kg, cabai keriting merah Rp 60Â ribu per kg, cabai keriting hijau Rp 32Â ribu per kg, dan cabai rawit sekitar Rp 80Â ribu per kg.
Tingginya harga cabai membuat penjualan terus merosot karena konsumen mengurangi jumlah pembelian.
"Biasa beli 2-3 kg, sekarang cuma 1 ons paling banyak 1/4 kg. Kalau nyetok banyak takut buruk. Yang ada kita rugi," kata Dayat (40) pedagang sayuran lainnya.
Ketua Dewan Perwakilan Pedagang Pasar Warungkondang, Cianjur, Enday Hendrayana, mengatakan bahwa kenaikan harga cabai khususnya jenis rawit salah satunya dipicu belum adanya pasokan baru dari distributor.
"Kalau di Pasar Warungkondang sih harga cabai rawit paling mahal Rp 110 ribu per kg," katanya.
Melonjaknya harga jual cabai, ucap Enday, menyebabkan merosotnya penjualan. Biasanya, dalam sehari pedagang sanggup menjual 10 kg, tapi sekarang paling tinggi hanya 3 kg.
"Sapa yang mau beli dengan jumlah banyak," ujarnya.
Siti Aisyah (29), warga yang ditemui tengah berbelanja sayuran di Pasar Induk Muka Cianjur mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kenaikan harga cabai yang meroket. Padahal sehari-hari ia harus belanja cabai untuk kebutuhan usaha kulinernya.
"Naiknya enggak tanggung-tanggung. Sama saja bikin usaha kita rugi. Ga mungkin juga kita naikkin harga makanan," ujar dia kesal. (Achmad Sudarno)