Pengamat: Kondisi Ekonomi RI Saat Ini Paling Sehat Usai Krisis 98

Kebijakan ekonomi presiden Amerika Serikat Donald Trump akan menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia pada 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Feb 2017, 15:26 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2017, 15:26 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Program 100 hari pemerintahan baru di bawah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi sorotan global. Sejumlah kebijakan Donald Trump usai dilantik pada 20 Januari 2017 itu menimbulkan ketidakpastian global. Hal ini juga akan mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Market Intelligence and Investment Specialist Team Head DBS Erik Argasetya melihat, tatanan dunia baru akan tercipta seiring dengannya peristiwa global yang akan mempengaruhi peta ekonomi dan politik dunia.

Hal ini termasuk program-program 100 hari pemerintahan Donald Trump. Ia menilai, berbagai kebijakan kontroversial presiden AS itu masih menjadi pertanyaan berbagai pihak.

Kebijakan ekonomi pemerintahan baru AS tersebut juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia. Hal itu seperti disampaikan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan Parjiono.

Tantangan lainnya yang akan dihadapi Indonesia yaitu tingkat permintaan yang lemah, harga komoditas rendah, penyeimbangan ekonomi China.

Selain itu, ada isu geopolitik, kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve, dan perbaikan arus modal. Pemerintah pun akan melakukan sejumlah hal untuk menghadapi tantangan tersebut.

"Kebijakan fiskal dan alokasi ABPN yang tepat akan membantu sebagai tulang punggung reformasi ekonomi Indonesia. Untuk itu, Indonesia mampu tumbuh hingga lima persen setelah ada revisi pada ABPN," ujar Parjiono, di Asian Insights Seminar, seperti ditulis Kamis (2/2/2017).

Erik menambahkan, inflasi akan kembali menjadi fokus pada 2017. Hal itu seiring adanya harapan kenaikan harga komoditas dan juga akibat kebijakan Trump yang pro pertumbuhan di AS.

"Pemerintah Indonesia melalui berbagai macam reformasi dan kebijakan ekonominya harus siap dalam menghadapi semua hal ini," kata dia.

Ia mengatakan, grup DBS sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3 persen dan inflasi 4,5 persen. Eric menuturkan, pemerintah diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang asing untuk menjalankan program dan kebijakan ekonominya.

Sementara itu, Equity Strategist and Partner PT Deutsche Verdana Indonesia Heriyanto Irawan menilai dampak pelemahan ekonomi global akan terbatas untuk Indonesia. Berdasarkan pengamatan terhadap 26 negara berkembang, Indonesia telah berpindah kategori ke dalam grup negara dengan risiko terendah, serta menempati posisi negara kedua terendah paling rentang dari negara berkembang di Asia.

"Keadaan ekonomi makro ekonomi Indonesia saat ini berada pada kondisi paling sehat setelah krisis 1998," kata dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya