Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2017 Diperkirakan 4,9 Persen

Pertumbuhan ekonomi RI bisa semakin tertekan jika pemerintah tidak tanggap dalam mengendalikan harga bahan-bahan pangan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Feb 2017, 13:15 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 13:15 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2017 tidak jauh berbeda dengan tahun 2016. Enny memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI bakal di angka 4,9 persen.

Bahkan, Enny memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI bisa semakin tertekan jika pemerintah tidak tanggap dalam mengendalikan harga bahan-bahan pangan sebagai penyeimbang naiknya administered price.

"Komponen administered prices tekan konsumsi, sehingga pertumbuhan ekonomi Kuartal I-2017 diprediksi 4,9 persen," kata Enny dalam‎ diskusi Jakarta Economic Media Forum (JEMF) di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (6/2/2017).

Kebijakan menaikkan harga secara serentak oleh pemerintah justru akan menekan laju konsumsi rumah tangga yang merupakan komponen utama pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dia menambahkan, seharusnya pemerintah melakukan perhitungan yang matang mengenai waktu menaikkan beberapa komponen administered price, sehingga tidak dilakukan secara bersamaan.

Sebenarnya, dikatakan Enny, untuk menumbukan ekonomi Indonesia secara berkesinambungn, seharusnya pemerintah tidak membuat kebijakan yang memicu kenaikan harga barang. "Pada Januari tahun ini saja serentak menaikkan biaya STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), tarif tenaga listrik dan bahan bakar minyak," tutup. 

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02 persen di 2016. Angka ini lebih tinggi dari 2015 yang dikoreksi sebesar 4,88 persen. Demikian pula realisasi pertumbuhan ini juga lebih tinggi dibandingkan 2014 yang sebesar 5,01 persen, meski masih lebih rendah dari 2013 yang di posisi 5,56 persen.

Adapun untuk kuartal IV-2016 pertumbuhan ekonomi mencapai 4,94 persen. Ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,02 persen. Juga lebih rendah dibanding laju ekonomi kuartal IV tahun 2015 yakni 5,04 persen.

"Memang pertumbuhan ekonomi menurun, tapi mulai naik grafiknya menandai perbaikan pertumbuhan ekonomi. Diharapkan pertumbuhan ekonomi ini menjadi lebih kuat," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya di Jakarta, Senin (6/2/2017).

Sementara nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 2.385,6 triliun. Sedangkan PDB atas dasar harga berlaku (ADBH) mencapai Rp3.194,8 triliun.

Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain dipengaruhi kondisi perekonomian global di kuartal IV yang menunjukkan peningkatan, namun pertumbuhannya belum merata.

Sementara harga komoditas di pasar global mulai naik berpengaruh ke ekspor. Demikian pula ekonomi beberapa mitra dagang indo pada umumnya membaik. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya