Isu Toleransi Agama Pangkas Indeks Keyakinan Konsumen RI

Indeks keyakinan konsumen Indonesia menurun pada kuartal IV 2016 dengan skor 120.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 21 Feb 2017, 17:30 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2017, 17:30 WIB
Massa Aksi 212 Putihkan Gedung DPR
Seorang pria saat mengikuti aksi damai 212 jilid 2 di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta, Selasa (21/2). Dalam aksi tersebut mereka meminta DPR untuk melaksanakan ketentuan yang berlaku dalam undang-undang. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks keyakinan konsumen Indonesia menurun pada kuartal IV 2016 dengan skor 120. Padahal, indeks keyakinan konsumen pada kuartal III 2016 tercatat 122.

Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin menerangkan, turunnya indeks keyakinan konsumen Indonesia dipengaruhi dua faktor. Faktor tersebut yakni, optimisme mengenai kondisi keuangan pribadi dalam 12 bulan mendatang turun 3 poin menjadi 81. Kemudian, keinginan belanja dalam 12 bulan mendatang turun 1 poin menjadi 59.

Menurut Agus, turunnya indeks keyakinan konsumen Indonesia karena dampak dari Program Pengampunan Pajak atau tax amnesty. Adanya tax amnesty membuat masyarakat mengalokasikan pengeluarannya untuk membayar pajak.

"Mereka tidak terlalu notice, tapi ternyata kan berdampaknya riil, bener nih sepi, dipikirnya yang kena itu cuma pengusaha yang gede-gede, tapi ternyata tidak," kata dia di Mayapada Tower Jakarta, Selasa (21/2/2017).

Agus menuturkan, indeks keyakinan konsumen juga terkena pengaruh dari isu toleransi agama yang terjadi di Jakarta. Sebagaimana diketahui, dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menimbulkan aksi demontrasi besar-besaran.

"Kalau kondisinya ribut terus, belanja mikir dulu. Itu menundanya sementara," ungkap dia.

Nielsen mencatat, ada 5 hal yang menjadi fokus masyarakat Indonesia di kuartal IV 2016. Pertama, kondisi perekonomian Indonesia. Kekhawatiran akan ekonomi Indonesia turun dari 31 persen pada kuartal III 2016 menjadi 26 persen pada kuartal IV 2016.

Kekhawatiran toleransi beragama masuk pada kuartal IV 2016 dengan porsi 25 persen. Kemudian, stabilitas politik mengambil porsi 25 persen atau meningkat dari kuartal III yang hanya 13 persen.

Kemudian, pekerjaan atau keseimbangan hidup menempati urutan keempat dengan porsi 15 persen. Terakhir masalah terorisme dengan porsi 13 persen.

Untuk diketahui, survei ini berdasarkan hasil temuan Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intention yang dilaksanakan pada 31 Oktober-18 November 2016. Survei ini melibat 30 ribu konsumen online di 63 negara. (Amd/Gdn)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya