Suku Bunga AS Naik di Maret, Nasib Rupiah Tak Akan Terpuruk

Kenaikan suku bunga The Fed tidak akan membawa perubahan besar terhadap dunia, termasuk Indonesia.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Mar 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2017, 17:15 WIB
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) memberikan sinyal kuat untuk menaikkan tingkat bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) pada Maret 2017. Kebijakan besar ini diyakini tidak akan membawa perubahan besar terhadap dunia, termasuk Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pelaku pasar sudah mengantisipasi atau price in rencana penyesuaian suku bunga acuan AS sehingga dampak yang ditimbulkan tidak akan besar.

"Ada dampaknya, tapi tidak besar. Misalnya, seminggu lalu tenang lagi. Jadi jangan dianggap ini akan ada perubahan besar," dia mengatakan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (6/3/2017).

Darmin menggambarkan kondisi mata uang dolar AS usai kenaikan suku bunga the Fed sebelumnya tidak terus-menerus mengerek kurs tersebut, termasuk melemahkan nilai tukar rupiah.

"Buktinya coba lihat dolar AS, tidak terus menguat selama ini. Dolar AS menguat lalu lemah lagi. Sementara rupiah kita 13.345-13.350 per dolar AS," paparnya.

Sebabnya, dia menjelaskan, fundamental ekonomi Indonesia sangat sehat. Pertumbuhan ekonomi di level 5 persen, neraca perdagangan mengalami surplus, neraca pembayaran dan defisit transaksi berjalan terjaga.

"Itu karena fundamental kita relatif baik, pertumbuhan oke, neraca pembayaran oke. Makanya kurs kita tidak melemah terus. Melemah tapi kemudian menguat lagi. Tapi untuk jangka panjang, jangan dibicarakan sekarang, tidak ada yang tahu," kata Darmin. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya