Liputan6.com, New York - Harga emas mampu reli hingga 1 persen pada perdagangan Senin setelah kegagalan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mendorong paket reformasi kesehatan pada Jumat kemarin. Para investor mempertanyakan kemampuan dari Trump untuk mewujudkan janji-janji kampanye.
Mengutip Reuters, Selasa (28/3/2017), harga emas di pasar spot naik 1 persen ke level US$ 1.256,02 per ounce. Harga emas sempat menyentuh level tertinggi US$ 1.261,03 per ounce tetap gagal untuk tetap berada di kisaran angka tersebut.
Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman April ditutup naik 0,6 persen ke level US$ 1.255,70 per ounce.
Advertisement
Baca Juga
"Kenaikan harga emas ini sepenuhnya karena pelemahan dolar AS," jelas analis Commerzbank, Carsten Fritsc. "Terjadi Trumpflation setelah kegagalan dia untuk mencabut Obamacare," lanjut dia.
Sementara dikutip dari Kitco, Direktur Pelaksana American Precious Metals Advisors Jeffrey Nichols menuturkan, ketidakpastian politik akan menjadi mendorong paling kuat kenaikan harga emas. Dia menambahkan, jika RUU kesehatan tidak lolos di legislatif maka bisa kemungkinan gagal di senat.
"Kegagalan reformasi kesehatan dapat mengubah pandangan pasar dan masyarakat soal Presiden AS Donald Trump," ujar dia.
Harga emas terus reli sejak pertengahan bulan ini setelah Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan akan sesuai rencana dan tidak akan lebih agresif dari rencana semula.
Harga emas memang sangat sensitif terhadap suku bunga karena kenaikan suku bunga akan membuat emas tidak menarik jika dibandingan dengan instrumen investasi lainnya. (Gdn/Ndw)