Liputan6.com, Jakarta - Lingkungan kerja bahagia akan memberikan keuntungan bagi karyawan. Berdasarkan riset menunjukkan hubungan kebahagian karyawan dapat meningkatkan produktivitas.
Riset tersebut dilakukan oleh Universitas Warwick di Inggris, yang dipublikasikan oleh IZA Journal of European Labor. Dalam laporan itu menilai sejumlah penelitian hubungan antara emosi positif dan kinerja pegawai.
Salah satu percobaan dilakukan ketika seseorang diminta menyelesaikan soal matematika usai menonton video komedi, produktivitas di antara mereka yang menonton video itu kira-kira 10 persen lebih tinggi ketimbang seseorang yang tanpa diberikan stimulus positif pada awalnya.
Advertisement
Baca Juga
Produktivitas karyawan tak maksimal didorong sejumlah faktor. Ada masalah dalam keluarga, penyakit dan sebagainya dapat pengaruhi produktivitas. Bahkan sejumlah sentimen negatif yang dialami karyawan mendorong produktivitasnya kurang dari 10 persen dibandingkan rekan kerja.
Co Founder Plasticity Labs Jennifer Moss menyatakan kalau temuan laporan itu membantu mengambarkan bagaimana kebahagiaan dan produktivitas saling berhubungan.
"Ketika seseorang sedang hadapi stres bisa menjadi tidak produktif. Jadi ini bagaimana seseorang dapat keluar dari stres tersebut," ujar Moss seperti dikutip dari laman Marketwatch, seperti ditulis Selasa (11/4/2017).
Berdasarkan sebuah studi juga menunjukkan kalau orang Amerika Serikat (AS) lebih memiliki alasan untuk stres. Apalagi jam kerjanya lebih panjang ketimbang Eropa mencapai 19 persen lebih sedikit. Founder the Workplace Therapist Brandon Smith menyatakan karyawan bahagia lebih penting untuk menciptakan lingkungan baik di tempat dirinya bekerja. Ia menilai kalau emosi tersebut dapat menular.
"Mereka tidak seperti menguap tetapi virus. Mengingat bagaimana kebahagiaan dan frustasi begitu menyebar cepat melalui tempat kerja oleh karena itu setiap atasan harus lebih waspada. Kebahagiaan memungkinkan seseorang untuk memiliki lebih banyak daya tahan, dan perlu “bahan bakar” untuk menjalankan pekerjaan itu," ujar Smith.
Ketika mengukur kepuasan dan kesejahteraan karyawang begitu penting, Ed Frauenheim, Direktur Great Placet to Work, konsultan sumber daya manusia menuturkan, kalau produktivitas bukan menjadi satu-satunya yang terbaik.
Ia menuturkan, ketika robot menggantikan tugas kerja para manusia maka produktivitas menjadi sebuah pengukur yang usang untuk menilai kinerja karyawan. Ia menuturkan, hal yang belum terukur saat ini yaitu passion, kreativitas dan kolaborasi. "Potensi manusia adalah sebuah sesuatu yang besar," kata dia.