Investment Grade RI Angkat Rupiah ke 13.295 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.283 per dolar AS hingga 13.310 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Mei 2017, 13:45 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2017, 13:45 WIB
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.283 per dolar AS hingga 13.310 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.283 per dolar AS hingga 13.310 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Kenaikan peringkat investasi Indonesia menjadi pendorong penguatan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin (22/5/2017), rupiah dibuka di angka 13.295 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.325 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.283 per dolar AS hingga 13.310 per dolar AS. Jika dihitung dari awap tahun, rupiah mampu menguat 1,29 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.297 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.410 per dolar AS.

Dolar AS memang tertekan di kawasan Asia masih terpengaruh oleh krisis politik di AS dan juga karena kebangkitan euro.

Presiden AS Donald Trump terbang ke Timur Tengah meninggalkan drama politik di Washington. Sebelumnya Trump memang membuat kegaduhan dengan memecat Direktur FBI dan juga membicarakan rahasia negara dengan pejabat Rusia.

Dengan berbagai kegaduhan tersebut membuat pelaku pasar ragu-ragu Trump bakal bisa menjalankan kebijakan ekonomi seperti yang dijanjikan saat kampanye.

Pada tahun lalu, Trump menjanjikan reformasi ekonomi dengan menurunkan pajak untuk pribadi maupun perusahaan. Dengan penurunan pajak tersebut diharapkan bisa menjadi stimulus ekonomi.

Dengan kegaduhan tersebut juga membuat pelaku pasar ragu Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga di bukan depan. Alasannya, kegaduhan politik sangat mempengaruhi ekonomi.

"Kami sebenarnya memperkirakan Bank Sentral AS akan mempertahankan suku bunga. Namun pergerakan politik ini tidak bisa diperkirakan," jelas ekonomi IHS Markit, Tokyo, AS, Harumi Taguchi seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, Di tengah pelemahan dolar AS dan kembalinya penguatan harga komoditas, peringkat Layak Investasi atau Investment Grade yang diberikan S&P diperkirakan mendorong penguatan aset keuangan berdenominasi rupiah.

"Sentimen negatif hanya tersisa dari tensi politik dalam negeri yang diperkirakan masih akan tinggi untuk beberapa saat," jelas dia.

Pemerintah yang memasang target pertumbuhan tinggi di 2018 juga menambah optimisme. Ruang penguatan rupiah masih sangat terbuka pada hari ini walaupun BI akan lebih ingin melihat apresiasi yang bertahap. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya