Serangan Bom di Kampung Melayu Belum Pengaruhi Hunian Hotel

Pengusaha belum dapat memperkirakan kerugian terhadap bisnis hotel dan restoran akibat serangan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Mei 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2017, 12:00 WIB
Ilustrasi Hotel
Ilustrasi Hotel

Liputan6.com, Jakarta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengungkapkan peristiwa ledakan bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, tadi malam (24/5/2017) belum berpengaruh terhadap bisnis hotel dan restoran di DKI Jakarta, khususnya wilayah yang menjadi serangan bom. Hingga kini dipastikan belum ada pembatalan pesanan kamar dari pengunjung hotel.

"Dampak bom semalam belum ada pembatalan pesanan kamar hotel. Tidak terpengaruh," kata Wakil Ketua Umum Destinasi Wisata PHRI, Johnnie Sugiarto saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (25/5/2017).

Namun dirinya belum dapat memperkirakan kerugian terhadap bisnis hotel dan restoran akibat serangan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu. Johnnie bilang baru bisa melihat dampak dari peristiwa tersebut terhadap bisnis hotel dan restoran paling cepat satu minggu pasca pemboman.

"Dampaknya baru bisa dilihat 1-2 minggu lagi, apakah ada orang luar yang sudah berencana ke Indonesia, lalu membatalkan, kerugian belum bisa ditaksir sekarang. Orang asing kan tidak ujug-ujug datang, tapi dia sudah booking hotel, pesawat. Kalau ada pembatalan, berarti itu akibat yang muncul dari peristiwa semalam," lanjut dia

Menurutnya, sewaktu ada kejadian demo besar di Jakarta beberapa bulan lalu, banyak orang di daerah yang menunda kunjungan ke Ibu Kota untuk keperluan berbisnis, menengok anak sekolah, pertemuan keluarga, atau rapat-rapat organisasi.

"Ya paling menunda saja sih, biasanya orang daerah. Tapi kan Jakarta sangat luas sekali ya, jadi perkiraan saya untuk peristiwa ini tidak terpengaruh," tutur Johnnie.

Dia pun mendesak pemerintah melakukan penegakan hukum secara tegas dan berani. Tangkap pelaku-pelaku yang selama ini membuat keresahan atau mengganggu ketertiban umum, sehingga masyarakat dapat melihat upaya serius pemerintah dalam menciptakan stabilitas politik dan ekonomi nasional.

"Indikasinya kan sudah jelas radikalisme, mestinya pemerintah lebih keras dan berani. Jangan sampai ada kesan, pemerintah kalah dengan mereka (pelaku) seolah-olah hukum tidak berjalan di Indonesia. Hukum harus ditegakkan, boleh bebas tapi jangan menyakiti orang lain atau mengganggu ketertiban umum," pintanya.

"Kalau pemerintah takut sama massa atau ragu-ragu menjalankan penegakkan hukum, maka cukup berbahaya buat kita," Johnnie menegaskan.

Sebagai pengusaha, Johnnie berharap kepada pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan politik nasional di tengah pelemahan ekonomi dunia yang telah berdampak ke Indonesia. Kuncinya dengan memacu pertumbuhan ekonomi melalui investasi dan belanja atau konsumsi.

"Problem kita sekarang ekonomi lagi lesu, daya beli masyarakat turun bukan karena teroris dan radikalisme, tapi karena ekonomi lemah. Kalau orang tidak punya uang, tidak bisa belanja, semua bisa terganggu," katanya.

Dia menerangkan, jumlah kunjungan turis asal Singapura ke Indonesia sedikit menurun meskipun masih menjadi peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kunjungan turis terbesar ke Indonesia. "Tapi kondisi ekonomi di Singapura lebih parah jadi berpengaruh ke kita," cetusnya.

Johnnie menyebut, bisnis hotel dan restoran saat ini masih berjalan normal. Namun demikian, pertumbuhan bisnis hotel dilihat dari tingkat hunian hotel mengalami penurunan 5 persen sampai 7 persen di kuartal I-2017. Sementara di kuartal II diprediksi makin merosot karena momen puasa.

"Biasanya kalau puasa, yang menginap di hotel bisa tinggal 30-35 persen dari bulan normal 60-70 persen. Tapi bisa terkompensasi di seminggu lebaran (H-1 atau H-2 sampai H+5 atau H+7), tingkat hunian hotel naik jadi 100 persen," tukas Johnnie.

Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur diguncang ledakan bom. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mencurigai pelaku bom bunuh diri ini merupakan kelompok teror Negara Islam Irak Suriah (ISIS).

"Diduga kuat ini kelompok ISIS," kata Martinus saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta.

Menurut Martin, kecurigaan ini didasari oleh serangkain bom yang terjadi di negara lainnya, misalnya di Manchester, Inggris beberapa hari lalu. Kemudian, sambung dia, ciri-ciri kelompok ISIS yaitu melakukan serangan bom dengan daya ledak low explosive seperti kasus teror bom di Jalan Thamrin dan di Bandung beberapa waktu lalu.

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya