Pakai Gas Rumah Tangga, Warga Kampung Unggulan Fokus Produksi Kue

Di Kampung Unggulan Kue terpasang pipa yang mengalirkan gas untuk rumah tangga.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 01 Jun 2017, 12:15 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2017, 12:15 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian K)
Perajin di Kampung Unggulan Kue memanfaatkan gas rumah tangga untuk produksi kue

Liputan6.com, Surabaya - Kampung Unggulan Kue adalah sebutan dari sebuah kampung yang memiliki usaha khas, yaitu produksi kue. Banyak macam-macam kue yang disajikan di kampung tersebut, di antaranya kue basah, macam-macam cake, dan kue kering.

Kampung Unggulan Kue diketuai oleh Ibu Anik, beliau adalah salah satu pembuat kue yang memulai usaha pada 2000. Kampung itu terwujud berkat campur tangan beliau dan program yang digalakkan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Surabaya. Jawa Timur. Wilayah tersebut dinobatkan sebagai pusat kue di Surabaya, yang bertempat di wilayah Rusun Penjaringan Sari Rungkut, Surabaya.

Pada awal tahun 2010 pendampingan, hanya ada tiga industri kecil dan menengah (IKM)/perajin kue yang produktif hingga 2012. Dengan adanya fasilitas pendampingan dari Disperdagin Kota Surabaya, bertambah menjadi 23 IKM yang produktif dan dapat bersaing di pasaran.

Di Kampung Unggulan ini juga terpasang pipa yang mengalirkan gas rumah tangga. Penyambungan itu dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN).

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan 24 ribu sambungan pipa gas rumah tangga untuk kompleks Rumah Susun Penjaringan Sari, Kecamatan Rungkut, Surabaya, pada Minggu, 7 Mei 2017. Sebelumnya, total pipa yang dibangun untuk mengalirkan gas bumi tersebut mencapai lebih dari 196 kilometer (km).

Dengan memanfaatkan gas rumah tangga tersebut, para perajin kue di Kampung Unggulan Kue itu fokus mengerjakan kue kering khas Lebaran seperti kue kacang tabur keju dan kue nastar.

"Mumpung momen Ramadan, saya buat kue kering khas Lebaran saja, karena permintaan kue nastar dan kue kacang tabur keju juga cukup banyak," tutur salah satu perajin kue, Sulistiyowati, saat berbincang dengan Liputan6.com di Rusun Penjaringan Sari Rungkut, Surabaya, seperti ditulis Kamis (1/6/2017).

Perajin kue di Kampung Kue memanfaatkan gas bumi

Ibu dua putra yang setiap hari membutuhkan waktu tujuh jam untuk membuat kue itu mengaku mampu menghasilkan 16 toples dalam sehari. "Kue ini sudah dipesan oleh karyawan dan karyawati pabrik untuk dimakan saat buka puasa. Saya menjualnya dengan harga 20 ribu per toples," kata dia.

Istri dari Muklis ini menjelaskan perbedaan antara tabung gas elpiji melon dan gas alam atau gas rumah tangga saat memproduksi kue. Penggunaan gas alam lebih efisien waktu karena bisa maksimal tanpa takut kehabisan pada saat masak atau memanggang kue.

"Kalau pakai gas elpiji melon kan takut habis, apalagi pada saat tidak ada persediaan, jadi memakan waktu untuk turun dari rusun buat beli elpiji melon," ucap dia.

Dia menuturkan, selain hemat waktu pada saat pemakaian, gas alam ini juga murah secara ekonomis dan sangat cocok digunakan oleh ibu rumah tangga. Dalam sebulan, dia bisa memproduksi kue dengan menghabiskan dua elpiji melon atau elpiji ukuran 3 kilogram (kg).

"Kalau dikalkulasi, satu elpiji melon harganya sekitar Rp 18 ribu, jadi total pengeluaran beli elpiji melon dalam sebulan bisa mencapai Rp 36 ribu. Sedangkan pemakaian gas alam dalam sebulan, saya cuma bayar separuh dari harga dua elpiji melon. Sangat murah sekali, Mas," kata dia.

Dia mengaku pemakaian gas alam ini sangat aman digunakan oleh keluarganya maupun lingkungan sekitar rusun Penjaringan, walaupun ada orang yang sedang merokok di lingkungan kampung tersebut. Gas alam jadi tetap aman digunakan.

"Dulu pernah ada petugas yang menyuruh saya memutar keran gas sampai ke buka penuh, baunya memang masuk ke semua ruangan, tetapi masih tetap aman. Dan baunya lebih menyengat elpiji melon dibandingkan gas alam," ujar dia.

Kampung Unggulan Kue terpasang pipa untuk gas rumah tangga

Sekadar diketahui, pasokan gas untuk jaringan gas (jargas) Kota Surabaya ini berasal dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) West Madura Offshore dengan alokasi sebesar 0,6 mmscfd.

Total panjang pipa yang dibangun untuk mengalirkan gas ke 24.000 SR tersebut mencapai lebih dari 196 kilometer (km) mencakup Surabaya bagian timur, tengah dan selatan.

Pembangunan jargas di Surabaya Timur sebanyak 7.578 SR meliputi Kelurahan Wonorejo, Penjaringan Asri, Kedung Baruk, Kedung Asem, dan Medokan Ayu.

Wilayah Surabaya Tengah sebanyak 7.800 SR meliputi Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Embong Kaliasin, Kelurahan Kupang Krajan, Putat Jaya, Pasar Kembang, dan Dr. Soetomo.

Wilayah Surabaya Selatan sebanyak 8.637 SR meliputi Kelurahan Airlangga, Barata Jaya, Kertajaya, Pucang Sewu, Ngagel, dan Taman Ngagel Rejo.

Pemanfaatan jargas akan menghemat pengeluaran rumah tangga dibandingkan tabung elpiji melon 3 kg. Masyarakat dapat menghemat hingga 36 persen dibandingkan penggunaan elpiji melon 3 kg. Rata-rata, tiap rumah tangga hanya perlu mengeluarkan sekitar Rp 36 ribu per bulan jika menggunakan gas bumi.

Sedangkan apabila menggunakan elpiji melon 3 kg, diperlukan biaya Rp 52 ribu-Rp 57 ribu per bulan. Selain itu, program jargas juga akan menghemat subsidi elpiji melon 3 kg dalam APBN.

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya