Liputan6.com, Jakarta - Industri batik telah berkembang menjadi sektor usaha yang ramah lingkungan seiring semakin meningkatnya penggunaan zat warna alam pada kain wastra tersebut.
Hal ini juga menjadikan batik sebagai produk yang bernilai ekonomi tinggi. Bahkan, pengembangan zat pewarna alam turut mengurangi impor zat warna sintetik.
Dirjen IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih mengatakan sebaiknya Kementerian Perindustrian terus mendorong para perajin dan peneliti agar terus berinovasi mendapatkan berbagai varian warna alam untuk bisa mengeksplorasi potensinya, sehingga bisa memperkaya ragam batik warna alam Indonesia.
Advertisement
Di sisi lain, persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis dan preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat.
Baca Juga
"Kehadiran batik warna alam mampu menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar saat ini," ucap Gati Wibawaningsih, seperti ditulis Rabu (12/7/2017).
Dia menuturkan, perdagangan produk pakaian jadi di dunia mencapai US$ 442 miliar. Dengan demikian, ini menjadi peluang besar bagi industri batik nasional dan meningkatkan pangsa pasarnya. Hal itu mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi.
"Diharapkan industri batik nasional memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di atas rata-rata dunia," kata dia.
Indonesia menjadi pemimpin pasar yang menguasai pasar batik dunia. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pelaku usaha batik di Indonesia didominasi industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di 101 sentra.
Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra IKM batik mencapai 15 ribu orang. Nilai ekspor kain batik dan produk batik pada 2016 mencapai US$ 149,9 juta dengan pasar utama Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Industri batik memiliki peran penting bagi penggerak perekonomian nasional melalui penumbuhan wirausaha, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara.
"Berbagai upaya terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas dalam pengembangan batik warna alam Indonesia, antara lain pengembangan batik warna alam yang memiliki ketahanan cuci dan gosok, sehingga warnanya lebih tahan lama. Untuk kebutuhan tersebut diperlukan teknik pewarnaan alam yang lebih efisien," ujar dia.
Dalam mendukung pengembangan industri batik nasional, Ditjen IKM Kemenperin telah melakukan berbagai kegiatan strategis, antara lain program peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin dan peralatan serta promosi dan pameran.
"Program ini diberikan kepada para perajin dan pelaku usaha batik untuk meningkatkan daya saing dan kapasitas produksinya," ujar dia.
Selanjutnya, untuk meningkatkan akses pasar, Kemenperin juga memiliki program e-Smart IKM dan pemanfaatan berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR, LPEI dan insentif lainnya untuk memperkuat struktur modalnya.
Â
Â
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Â
Â
Â