Liputan6.com, Cikarang - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan 1 juta sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di bidang industri tersertifikasi. Dengan demikian diharapkan dapat mencetak para tenaga kerja di bidang industri yang kompeten dan berdaya saing.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, untuk mencapai target tersebut, Kemenperin telah meluncurkan program Pendidikan Vokasi Industri.
Pada tahap I dan tahap II program ini, Kemenperin telah melibatkan sebanyak 167 industri dan 626 SMK untuk wilayah Jawa Timur serta Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Sementara itu, untuk wilayah Jawa Barat, Kemenperin menggandeng sebanyak 141 industri dan 393 SMK dengan dilakukan penandatanganan mencapai 800 perjanjian kerja sama.
Sedangkan pada 2019, Kemenperin menargetkan program Pendidikan Vokasi Industri ini diikuti sebanyak 1.775 SMK dan 355 industri dengan jumlah lulusan tersertifikasi yang dihasilkan mencapai 845 ribu orang.
“Sebagai tindak lanjutnya, telah dilakukan penyelarasan kurikulum dan silabus sesuai dengan kebutuhan industri, serta penyusunan modul pembelajaran untuk 25 kompetensi keahlian bidang industri, dan telah disampaikan hasilnya kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar dia di Cikarang, Jawa Barat, Jumat (28/7/2017).
Untuk mendukung implementasi kurikulum yang selaras dengan kebutuhan industri tersebut, Kemenperin akan memfasilitasi penyediaan dan peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan dan pemagangan di industri, penyediaan silver expert sebagai tenaga pengajar di SMK, serta penyediaan peralatan untuk workshop dan laboratorium di SMK.
Selain mendukung program revitalisasi SMK untuk penguatan pendidikan vokasi, Kemenperin juga tengah mendorong peran pondok pesantren dalam upaya mewujudkan kemandirian industri nasional.
Baca Juga
Langkah strategis ini dilakukan melalui Program Pengembangan Industri di pondok pesantren, yang berbasis pada business process outsourcing (BPO), joint operation, dan capacity building dan bekerja sama dengan beberapa perusahaan industri dan perbankan.
“Untuk itu, dalam kesempatan ini dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) peningkatan kapasitas kemandirian pondok pesantren dan pemberian smart card Fintech secara simbolis kepada pengelola pondok pesantren,” dia menuturkan.
Aplikasi dan smart card Fintech ini bertujuan untuk mempermudah pengelolaan keuangan pondok pesantren yang dapat dimonitor secara real time, dengan beberapa fitur, seperti pengiriman uang dari wali santri kepada santri, belanja di koperasi pesantren, pembelian pulsa, dan menabung.
Selain itu, pemasaran produk pesantren ke masyarakat umum melalui e-commerce, serta penyediaan kredit perumahan bagi santri dan pengurus pondok pesantren ke depannya.
“Selain itu dikembangkan juga program Santripreneur yang bertujuan meningkatkan pemberdayaan ekonomi melalui penumbuhan wirausaha baru di lingkungan pondok pesantren, melalui bimbingan, pendampingan, bantuan mesin dan peralatan, serta fasilitasi promosi melalui festival ekonomi syariah Islamic Sharia Economic Festival (ISEF) tahun 2017,” papar Airlangga.
Selanjutnya, untuk mendorong SMK dan pondok pesantren mengembangkan pendidikan vokasi yang berorientasi produksi, dilakukan melalui pemanfaatan teaching factory. Bahkan, sejalan dengan program peningkatan kualitas angkatan kerja melalui pendidikan dan pelatihan vokasi, dilakukan pula penyerahan sertifikat Training of Trainer.
“Dalam rangka mendukung investasi dan pertumbuhan industri di kawasan industri dan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) melalui penyediaan tenaga kerja kompeten, kami juga telah mendirikan Politeknik dan Akademi Komunitas di beberapa kawasan industri dan WPPI,” tutur Airlangga.
Di samping mengembangkan pendidikan vokasi baik di tingkat menengah maupun tinggi, Kemenperin juga menyelenggarakan program diklat dengan sistem 3 in 1 yang meliputi pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja. Pada 2017, target program ini diikuti sebanyak 22 ribu orang.
“Kami berharap, hingga 2019, program diklat ini melibatkan sebanyak 162 ribu orang. Dengan jumlah siswa yang ikut link and match sebanyak 845 ribu dan peserta diklat sebanyak 162 ribu, Kemenpern optimistis target satu juta SDM industri yang tersertifikasi kompetensi sampai 2019 bisa tercapai," tandas dia.
Advertisement
Tonton video menarik berikut ini: